Lampu ruang tengah hanya menyala redup malam itu. Jarum jam dinding menunjuk pukul dua belas lewat sedikit. Suara langkah ringan terdengar menuruni tangga. Giana, dengan rambut tergerai kusut dan gaun tidur tipis yang hampir tembus cahaya di bawah sorot lampu, berjalan malas sambil menguap kecil. Ia tampak kehausan, matanya masih setengah terpejam. Mark yang sudah lebih dulu duduk di ruang tengah tersenyum begitu melihat sosok itu muncul. Laptopnya yang biasanya menayangkan layar kamera kini ia tutup, diganti dengan semangkuk mie instan rebus hangat yang baru saja selesai dimasaknya. Aroma gurih kuah mie menguar memenuhi ruangan. Ia bersiul pelan, suara rendah itu meluncur bagai ejekan. “Lihat siapa yang datang tengah malam dengan penampilan seperti itu,” ucap Mark sambil menatap Giana d

