" Kamu naik apa Roy??" tanya Harum pelan. "Aku cuma naik motor, Rum. Gimana kamu mau kan??" tanya Roy singkat sambil menatap lekat netra Harum. "Iya gak papa Roy. Mobilku gimana??" tanya Harum pelan. Harum masih memegangi kepalanya yang terasa pusing. "Aku sudah telepon mekanik dan akan ada yang menderek mobilmu. Besok aku beri tahu dimana bengkelnya." ucap Roy singkat. "Makasih ya Roy. Aku gak tahu kalau gak ada kamu gimana?" ucap Harum singkat. Harum tetaplah Harum, mau berubah sebagaimana pun juga, kalau sudah menyangkut sifat itu adalah alami. Tetap saja cuek terhadap orang-orang yang menurutnya tidak selevel dengan dirinya. Pikiran Harum itu terlalu buntu, menurutnya seseorang yang bekerja secara kasar itu pasti nilai uangnya pun sedikit. Lalu bagaimana bisa bahagia dan bagaiman