41

2074 Kata

Tangisan bayi itu masih memenuhi ruangan, namun perlahan mereda saat ia mendengar detak jantung ibunya. Tubuh mungil itu menempel erat di d**a Harum, mencari kehangatan yang sudah dikenalnya selama sembilan bulan. Harum menangis semakin deras, bukan lagi karena rasa sakit, melainkan karena kebahagiaan yang meluap -luap. Roy berdiri di sampingnya, tangan besarnya mengusap lembut kepala bayinya yang masih basah. Sesekali ia menoleh pada istrinya, tak percaya bahwa semua itu nyata. "Rum … kita beneran jadi orang tua sekarang," bisiknya parau, suaranya bergetar karena air mata yang tak henti menetes. Harum tersenyum lemah, menoleh ke arah suaminya. "Iya, Mas … ini jawaban dari semua doa kita." Bidan lalu membantu membersihkan bayi mereka, membedong dengan kain hangat, dan menyerahkannya kem

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN