Beberapa minggu setelah pertunangan mereka, Harum punya kebiasaan baru. Setiap sore menjelang malam, saat pekerjaan kantornya sudah rampung dan sudah mendapatkan ijin dari Mama maka Haum bisa pergi dengan tenang, ia akan melipir ke Kafe Akustik tempat yang dulunya sering ia kunjungi hanya untuk menikmati musik dan menenangkan diri. Tapi sekarang, alasan utamanya berubah. Alasannya adalah Roy. Atau, lebih tepatnya, Roy yang bukan Galih Hanggara. Bukan pria dari keluarga konglomerat yang dikenal seluruh kota. Bukan lelaki serius yang memimpin rapat dengan mata tajam dan ekspresi nyaris tanpa emosi. Bukan sosok yang kalau berjalan di kantor, seisi ruangan seolah menahan napas. Ini Roy yang lain. Roy yang menjadi barista. Roy yang menyeka meja sambil bersenandung. Roy yang menyapa pelang