Beberapa minggu setelah perjalanan mereka ke desa kecil itu, Harum mulai merasa ada yang berbeda. Mama sering menyibukkan diri di dapur, padahal tidak ada tamu. Rumah terasa lebih sering dibersihkan, dan setiap kali Harum tanya, Mama hanya menjawab, "Biar segar aja suasananya." Roy pun semakin sering muncul, tapi dengan sikap yang lebih tenang, lebih mantap. Tak lagi hanya sebagai sosok yang datang untuk bercanda, tapi sebagai pria yang sedang memantapkan hatinya. Lalu datanglah hari Sabtu yang cerah itu. Pagi -pagi, Mama meminta Harum berdandan sedikit. "Nggak usah menor, Rum. Yang penting rapi dan cantik." Harum mengernyit. "Kita mau ke mana?" "Di rumah aja. Tapi dandan. Jangan ngeyel." Curiga, Harum menurut. Dan saat ia turun ke ruang tamu ia terdiam. Ruang tamu telah dihias sede