Hujan masih mengguyur deras. Di luar, suara gemuruh petir seolah jadi orkestra malam yang menambah syahdu suasana rumah. Lilin -lilin kecil yang disiapkan Mama Harum memancarkan cahaya temaram di beberapa sudut rumah, memberikan kehangatan meski listrik padam. Harum masuk ke kamar Mama dengan guling besar yang dipeluk erat, sementara Roy masih berdiri kikuk di ruang tengah dengan satu lilin di tangan. "Roy ..." panggil Mama Harum sambil berjalan kembali dari dapur membawa bantal dan selimut, "Ini buat kamu, ya. Kalau kurang hangat, ada jaket Harum juga di lemari kamarnya. Pakai aja." Roy menerima bantal dan selimut itu dengan senyum tulus. "Makasih banyak, Ma. Roy jadi gak enak. Numpang, makan, bahkan numpang tidur." "Gak apa -apa, Nak. Rumah ini terbuka buat orang yang baik seperti ka