Sore itu, Harum baru saja pulang kerja ketika ponselnya berdering. Nama Roy muncul di layar. Ia menjawab sambil tersenyum, masih membawa tas kerja di bahu. "Rum … aku mau ngomong sesuatu," suara Roy terdengar agak ragu. Harum langsung duduk di sofa. "Kok nadanya serius? Ada apa?" Roy menarik napas panjang dari seberang sana. "Besok aku harus berangkat ke luar pulau. Ada masalah di perusahaan cabang, katanya laporan keuangan sama proyek barunya nggak sinkron. Aku diminta langsung yang turun tangan." Harum terdiam sesaat, jantungnya seperti berdetak sedikit lebih cepat. "Berapa lama?" "Mungkin tiga atau empat hari. Kalau urusannya cepat selesai, aku bisa pulang lebih awal." Roy mencoba terdengar santai, tapi ia tahu Harum bisa membaca nada khawatir di balik suaranya. "Kenapa nggak oran