Masa pemulihan Roy tidak mudah. Meski ia sudah sadar, tubuhnya masih lemah, gerakannya terbatas, dan kepalanya sering terasa nyeri setiap kali mencoba duduk terlalu lama. Luka di tangan kanannya juga membuatnya sulit beraktivitas. Harum tidak pernah meninggalkannya sendirian. Setiap pagi, ia membantu Roy duduk perlahan, membetulkan posisi bantal di punggungnya, lalu menyuapinya sarapan. "Pelan -pelan, jangan buru -buru," ucap Harum sambil meniup sendok bubur yang masih hangat. Roy terkadang tersenyum tipis, tapi matanya berkaca -kaca. "Harusnya aku yang ngurus kamu, bukan gini." Harum menggeleng, menahan senyum. "Sekarang gantian. Nanti kalau kamu sudah sehat, baru kamu gantian manjain aku." Siang hari, Harum akan menemani Roy latihan berjalan. Awalnya hanya beberapa langkah kecil di d