Rahi kesal pada suaminya. Tapi meski dia mendeklarasikan kekesalannya sampai menyuruh Sean tidur di sofa, tetap saja esok harinya Rahi tidak melepaskan lilitan lengan di pinggangnya. Rahi hanya menyamankan posisi tidurnya yang membelakangi Sean. Pasalnya bagian tengkuk seperti ada something yang membuat dia bergerak gelisah. Mungkin sekarang Sean belum menyukainya, tapi senggaknya Sean sudah nyaman dan sayang padanya. Diam-diam Rahi tersenyum. Baiklah, Rahi ngalah. Nggak masalah hati Sean milik siapa, yang penting status dan semua yang ada di Sean kecuali hati itu milik Rahi. So, terserah Rahi mau mengapakan seonggok daging segar itu. Sunggingan licik terpatri di bibirnya. “Om,” ucap Rahi begitu merasakan kecupan ringan di tengkuknya. Sean terhenti, dia berdeham. “Oh, kamu udah bangun