Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Irina dan Suho kembali menginjakkan kakinya di mansion. Ya, anggap saja begitu karena rumahnya lah yang paling besar di wilayahnya. Irina melihat sosok Sean yang tengah mengambil nasi dari ricecooker. “Loh, kok kamu ada di rumah, Yan?” Pasalnya yang Irina tahu bahwa menantunya ini sudah memiliki pekerjaan di kota seberang dan sore hari bukan lah waktu di mana Sean bersemayam di kediaman. Harusnya Sean lagi kerja, kan? Sean tersentak, menoleh dan mendapati Irina yang tengah meneguk air putih. “Saya resign.” Irina tersedak. “Are you kidding me? Gaya banget kamu resign? Udah merasa sarjana, kah?” Sean menaruh piringnya di meja dapur. “Saya bakal cari kerja di tempat yang lain kok.” Tawa remeh Irina sontak menggelegar. Dia memandang Sean seperti seorang istri sultan terhadap masyarakat