19. Priority

1538 Kata

Irina dan Suho kembali menginjakkan kakinya di mansion. Ya, anggap saja begitu karena rumahnya lah yang paling besar di wilayahnya. Irina melihat sosok Sean yang tengah mengambil nasi dari ricecooker. “Loh, kok kamu ada di rumah, Yan?” Pasalnya yang Irina tahu bahwa menantunya ini sudah memiliki pekerjaan di kota seberang dan sore hari bukan lah waktu di mana Sean bersemayam di kediaman. Harusnya Sean lagi kerja, kan? Sean tersentak, menoleh dan mendapati Irina yang tengah meneguk air putih. “Saya resign.” Irina tersedak. “Are you kidding me? Gaya banget kamu resign? Udah merasa sarjana, kah?” Sean menaruh piringnya di meja dapur. “Saya bakal cari kerja di tempat yang lain kok.” Tawa remeh Irina sontak menggelegar. Dia memandang Sean seperti seorang istri sultan terhadap masyarakat

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN