"Aku berencana membangun rumah baru." Satria berkata dengan ekspresi tenang dan mata yang dalam. "Sebenarnya, bukan membangun. Lebih tepatnya, mengisi rumah baru. Bangunannya sendiri sudah berdiri, tapi aku belum mengisinya. Kedatanganku kemari ingin membeli beberapa lukisan." Suasana hening menyelimuti kantor Fira. Perempuan itu berdehem untuk menghilangkan kecanggungan. Baru saja kemarin mereka bertemu. Dia sempat berharap tidak akan bertemu lagi dengannya -setidaknya tidak secepat ini-, tapi Tuhan agaknya tidak setuju. Pertemuan terakhir mereka cukup membuatnya canggung. Di depannya, Satria duduk dengan tenang, tampak maskulin dan berkelas. Satu kaki berada di kaki lainnya. Tangannya terjalin di depan. Matanya menatap lurus dan penuh percaya diri, memberikan kesan d******i dan aura ya

