Seperti janji Satria, petugas maintenance bereaksi dengan cepat, dan lift kembali berjalan normal. Meksipun begitu, jantung Fira masih belum sepenuhnya normal. Satria bisa melihat raut pahit pada wajah cantiknya yang berusaha dia sembunyikan. Namun, dia juga tahu Fira terlalu keras kepala untuk menunjukkan sisi rapuhnya. "Ada yang ingin kamu beli?" Satria berjalan perlahan ke samping Fira. Tatapan mereka bertemu di pantulan pintu lift. Pria ini sebenarnya cukup tampan. Rahangnya tegas dan tatapannya acuh. Terasa jauh, tapi di satu sisi terlihat lembut. Jika saja mereka memiliki awal perjumpaan yang baik, Fira tidak akan keberatan berteman dengannya. Fira melirik malas. "Kenapa? Mau mentraktir aku?" Satria mengangkat bahunya. "Aku hanya penasaran. Dan ya,,, siapa tahu aku bisa mentr