Tubuh Hana gemetar. Mulutnya terbuka, tapi tidak mampu berkata-kata. Dia merasa takut, tidak mengenali pria yang dia temui. Tangannya menggenggam erat tas yang dia bawa Ditya menatap Hana dengan tatapan acuh. Sama sekali tidak berusaha untuk mendekat atau menenangkannya. Tangannya menjepit sebatang rokok. Asap putih tipis melayang di udara. Asbak di mejanya penuh dengan puntung rokok hingga abunya berjatuhan. "Ada apa?" Suara Ditya serak dan Hana bisa mendengar nada tidak suka. Seketika itu juga, niatnya untuk bertanya tentang kejelasan pesta pertunangan mereka menguap. "M-mas, apa,,,,, apa yang terjadi?" Dengan kaki gemetar, Hana mendekati meja Ditya, melewati ratusan kertas di bawahnya. Ditya mendengkus, menghisap rokoknya, lalu meniupkan asapnya keluar. Asap putih tebal menyer