Akara merebahkan dirinya di atas sofa dan menyalakan televisi di hadapannya. Hal yang sia-sia karena sebenarnya dia tidak ada minat untuk menonton sama sekali. Saat ponselnya berdering, dengan cepat ia meraihnya, berharap itu panggilan dari Rianna yang pada akhirnya bersedia menghubunginya lebih dulu. Namun saat melihat nama yang tertera di layar, Akara malah mendengus kesal. Akara menggeser layar hijau di layarnya dan memandang Rayyan sedang nyengir di seberang sana. “A, loe dimana? Gak balik ke rumah?” tanya Rayyan basa-basi. “Gue di apartemen. Tanggung baru nyampe. Kenapa? Kangen sama gue?” tanya Akara dengan ketus. “Hoek.” Rayyan berpura-pura muntah di depan layar. “Enggak sih, ya cuma penasaran aja. Gue kirain loe bakal ada disini.” Ucap Rayyan dengan gaya so misterius. “Gue k