Akara kembali melirik ponselnya untuk melihat pesan yang baru saja diterimanya, ia takut salah melihat karena itu ia mengulangi membaca pesan itu sampai ia tahu bahwa itu bukan mimpi. “Ya Allah…Alhamdulillahirabbil Alamiiin.” ucapnya dengan lirih dan penuh rasa syukur. Ia tidak bisa menahan rasa syukur yang membuncah di dadanya. “Kenapa dok?” tanya Raffi bingung. Akara melirik asistennya dengan senyum terkembang lebar di wajahnya. “Raia, dia akhirnya sadar.” Ucap Akara dengan rasa bahagia yang tak ia sembunyikan. Raffi turut terbelalak seketika, dan kemudian pria itu turut mengucap rasa syukurnya dengan nada yang tak kalah lantangnya. “Berapa banyak lagi pasien yang harus diperiksa?” tanya Akara pada asistennya itu. Raffi melirik clipboard di tangannya dan mengerutkan dahi kala m