Akara masuk ke dalam kamarnya lewat tengah malam. Ia melihat istrinya tidur dalam posisi meringkuk seperti janin menghadap ke arah jendela dengan selimut yang menutupi tubuhnya sampai ke bagian atas bahu. Akara membaringkan tubuhnya di samping istrinya dan turut meringkuk. Mereka tidur di atas tempat tidur yang sama, fisik mereka ada disana. Namun hati mereka kini berjauhan sehingga rasa rindu itu terasa menyesakkan dadanya. Akara rindu kehangatan tubuh istrinya kala wanita itu berbaring berbantalkan lengannya. Ia juga rindu harum tubuh istrinya yang menguar dan begitu memabukkan baginya. Ya Allah, apa yang akan terjadi padanya seandainya Rianna tidak ada lagi di sampingnya? Akara seketika menggelengkan kepala. Tidak, jangan sampai hal itu terjadi. Pintanya dalam diam. “Aku tidak bisa.”