“Kamu datang, Nak?” Fabian berseru tertahan ketika melihat wajah putri tunggalnya menyembul dari balik pintu. Ya, Bianca kembali berkunjung keesokan harinya. Semalaman ia memikirkan kalimat-kalimat panjang Kalandra. Memantapkan hati untuk tidak lagi peduli pada apapun keputusan papanya soal Mila. Mencoba lebih legowo dalam menghadapi sesuatu yang memang tidak bisa ia kendalikan. “Gimana keadaan Papa hari ini?” Ia bertanya datar, sama sekali tak melirik Mila yang duduk dengan canggung di sofa. “Bagus, kata dokter kondisi Papa cukup stabil.” Bianca mengangguk. “Sudah sarapan?” “Iya.” Ia mengangguk lagi. “Ya sudah, Bianca mau berangkat ke kantor. Semoga Papa semakin baik terus dan bisa segera pulang.” “Tunggu, Nak.” Fabian menahan lengan putrinya yang hendak berbalik. “Kenapa?” “Kamu