Vanya memapah Kala yang sudah lunglai karena terlalu banyak menenggak alkohol. Ia sudah memesan sebuah kamar di lantai yang sama agar memudahkannya melancarkan rencananya. Seringai puas menghiasi wajah Vanya sejak tadi. Bayangan-bayangan erotis bersama Kalandra sudah berkelebat cepat di benaknya. Ia sungguh tak sabar. Karena itu gerakannya jadi tergesa, ingin segera tiba di kamar.
Namun, baru saja mereka memasuki kamar hotel, Kalandra sudah beringsut cepat. Ia yang tadinya dipapah oleh Vanya kini sudah berpindah posisi secepat kilat. Kala mendorong Vanya ke tembok, tangannya mengunci kedua tangan Vanya dan lengannya menekan ke bagian leher hingga membuat wanita itu tak bisa bergerak.
Vanya sangat terkejut, ia tak sempat mencerna apa yang sedang terjadi padanya.
“Uh!” Wanita itu mengaduh
