Ponsel Bianca yang ada di atas kasur berdering panjang. “Eh, ada telepon!” Bianca segera melepas pelukannya, namun tangan Kala menahan pinggangnya. “Eh?!” Ia memekik kaget. “Mau ke mana, sih?” tanya Kala posesif. “Ada aku di sini, masa kamu masih mikirin hp aja?” “Ada telepon, Kala. Masa nggak diangkat?” Bianca mencoba melepas lengan Kala dari pinggangnya, gagal. “Lepasin dulu,” pintanya lagi. “Kasih cium dulu.” Kala memajukan bibirnya. “Astaga, cuma mau ngangkat telepon? Ayo lepasin dulu keburu mati itu teleponnya!” Bianca meronta-ronta, tapi lengan Kalandra yang melingkari pinggangnya tetap bertengger di sana. Kuat tapi lembut. “Makanya cepet cium sini.” Kala masih mempertahankan posisi bibirnya. Bianca memutar bola matanya malas. Namun ia tetap menurut, mencium bibir Kalandra sek