“Pak Kala?!” Zita memekik kencang, kaget setengah mati mendapati bosnya sudah berdiri di depan pintu apartemennya. “Istri saya ada di dalam?” Kala tidak lagi menyebut nama Bianca, ia menggunakan kata ‘istri saya’. Ini mengindikasikan bahwa Zita tidak boleh ikut campur urusan rumah tangganya. Zita menelan ludah. “A-ada.” Bianca yang baru hendak mandi segera melesat masuk ke kamar mandi. Bunyi berdebam terdengar. Zita meringis, Kala mengernyit. “Saya permisi masuk, ya, Zi,” ucap Kala cepat. Lalu tanpa menunggu persetujuan si pemilik apartemen, Kalandra langsung menerobos masuk, mencari keberadaan istrinya. Setelah berkeliling dengan diikuti oleh Zita yang berkali-kali menyuruhnya tenang, tatapan Kalandra tertuju pada kamar mandi di dekat dapur yang lampunya menyala. Ia melangkahkan ka