“Kalandra, turunin!” Bianca memukul lengan suaminya keras, meminta diturunkan. Pasalnya, mereka sudah tiba di mansion Andara dan Kala tetap saja menggendongnya ala bridal sejak keluar dari mobil. “Nggak mau, nanti kamu kabur.” “Mau kabur ke mana coba? Ini udah di rumah kamu.” Bianca mendelik kesal. Yah, meski malam sudah larut, tapi Damar tetap bangun menyambut tuannya. Ia baru saja membukakan pintu utama, lantas segera menunduk sembari tersenyum simpul melihat Kalandra menggendong istrinya mesra. “Terima kasih, Pak,” ucap Kalandra pada Damar, sengaja tak menggubris istrinya. “Kal, turunin.” Bianca bicara lagi. “Sekalian aja sampe kamar, Sayang.” Kalandra mencium kening istrinya sekilas. “Kamu harus naik tangga loh, emang nggak capek?” Bianca mencoba membujuk. “Enggak tuh,” sahut K