Sayangnya, kegiatan yang menyenangkan itu harus terhenti karena ketukan di pintu kamar Kala tak juga berhenti. “Ck, siapa sih?” dengus Kala kesal. Bianca tertawa pelan. “Buka aja dulu sana.” “Tapi habis itu lanjut, ya?” “Iya, tenang aja.” Kala pun beranjak dan segera menuju pintu. Di depan pintu, sudah ada Mada yang menunggu dengan wajah gelisah. “Ada apa, Mada?” “Mas, bisakah kita bicara sebentar di tempat lain?” Kala mengernyit. “Ini penting sekali, Mas. Saya langsung ke sini setelah memeriksa ini.” Mada mengacungkan sebuah amplop cokelat. “Di kamarku aja nggak apa-apa?” Mada mengangguk. “Kalau gitu, sebentar, ya?” Kala segera berbalik, mengatakan pada Bianca bahwa Mada akan masuk sebentar. Bianca buru-buru merapikan pakaiannya, lantas bersikap biasa saja. “Masuk, Mada.” “