Di lantai dasar rumah sakit. Steven baru saja keluar dari dalam lift dan dia tangannya. Ada amplop coklat berisikan berkas yang sangat berharga bagi dirinya dan sebelah tangan lagi. Steven menggenggam ponselnya dan saat ini, ponsel itu menempel erat di telinganya. Ekspresi wajah Steven sangatlah tidak baik. Karena selain perasaan bahagia yang menyelimuti hatinya, ada perasaan lain yang menyakiti hatinya. Yaitu perasaan bersalah dan juga takut, kalau Meisya akan membenci dirinya dan mungkin tidak mau mengenal dirinya lagi untuk selamanya. Perasaan itu serta pikiran buruk pun terus menghantuinya. Hingga, panggilan telepon yang sedang berlangsung pun menjawab panggilannya. "Halo Steve! Hoaammm … ada apa? Eh tunggu, maksud aku bos! Ada apa?" Jawab Rian sambil menguap tiada henti. Matanya