"Mama nungguin Ayah?" Aku langsung menoleh saat mendengar pertanyaan dari Rafa, putra kecilku ini menatapku yang terdiam di teras dengan wajah penasaran sembari meletakkan mangkuk makanannya, biasanya kami akan makan bersama walaupun tidak ada Ayahnya, tapi sekarang karena aku sedang ada di teras Rafa pun menyusulku. Aku tersenyum kecil sembari mulai menyuapkan sesendok kecil nasi sayur padanya, "iya, Mama nungguin Ayah. Tadi Mama dengar motor Pakde Yana pulang, Mama kira Ayah juga pulang buat makan siang." Ya, memang yang menjadi alasanku menunggu Mas Dika di teras adalah aku mendengar deru motor Mas Yana dua barak dari tempat kami, aku kira Mas Dika juga turut pulang bersama beliau, tapi ternyata yang aku tunggu tidak kunjung pulang, telepon yang aku lakukan pun tidak aku angkat, mem

