Kakiku melangkah menyusuri jalan setapak yang penuh dengan daun kering, suasana pemakanan ini sangat sepi dan sunyi hanya bunyi hembusan angin terdengar di telingaku. Di belakangku mengikuti dua orang Polisi berpakaian preman, mereka memang membiarkanku hadir di pemakaman Shantie dan anak-anak tapi mereka tidak mau melepaskan borgol yang terpasang di tanganku, dengan alasan keamanan. Aku tidak peduli meski tangan ini diborgol 10 buah pun niatku untuk lari setelah menyaksikan pemakaman ini tidak berubah sedikitpun. Sedikit demi sedikit aku melihat kerumunan orang berpakaian hitam, isak tangis terdengar sangat menyayat hati, aku menghentikan langkahku dan mengeluarkan sebuah kacamata hitam yang memang tadi aku pinjam ke salah satu Polisi yang berjaga. Aku membuang napas beberapa kali sebe