14. Menuduh Lagi

1789 Kata

Nala  Aku duduk kembali dan melihat keterkejutan menyerang Mas Ray. Air muka Mas Ray memucat di balik janggut dan kumis tipisnya. Pancaran redup dan gelap mata cokelatnya memperlihatkan kemarahan yang ditahan Mas Ray selama beberapa detik tadi. Aku tahu betul ekpresi itu. Jika tidak akan menendang atau meninju seseorang, Mas Ray pasti akan meledakkan segera amarahnya dengan teriakan dan sumpah serapah. “Masuk ke kamarmu!” Jantungku nyaris melompat keluar mendengar Mas Ray meluapkan kemarahan pada adik kesayangannya. Pertama kalinya selama aku mengenal Mas Ray, dia berani membentak Iva di depan orang banyak. “Sekarang!” Ya, ampun. Mas Ray membentak Iva lagi. Bisa kena serangan jatung kalau berlama-lama dekat dengan Mas Ray saat ini. Geser sedikit, ah. Aku beringsut menjauh ke ujung sof

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN