Raymond Aku mengatakan kalimat paling konyol yang seharusnya bisa kusimpan saja dalam hati. Meskipun seluruh tubuhku tidak bisa berbohong sangat menginginkan Nala, rasanya aku terlalu lemah ketika berhadapan dengannya. Aku bangkit dari dudukku dan kulihat Nala masih bergeming di atas ranjang. Selimut yang hanya menutupi sebagian d**a dan setengah paha mulusnya mendenyutkan kembali rasa ingin memiliki. Masih terpatri dalam ingatanku, aku dan dia tidak pernah melakukan hal ini hanya sekali dalam semalam dan besok paginya aku harus melompat dari ranjang karena bangun kesiangan. Momen indah yang tidak bisa kami ulangi lagi sekarang. Belum bisa kami ulangi tepatnya. “Kamu akan tetap di sini sampai aku mengizinkanmu pergi,” cetusku. Bodo amat jika Nala menganggapku sedang menyanderanya di s