“JADI LO BENERAN NGELAMAR ALIN? GARA-GARA OMONGAN GUE?” Bara melempar pulpen di tangannya tepat mengenai jidat Ares yang hari itu dibiarkan terekspos karena rambutnya yang sedang ditata ke belakang. Lelaki berusia empat tahun lebih muda dari Bara itu mengaduh sebentar sambil mengusap nyeri yang disebabkan lemparan Bara tadi sebelum kemudian melanjutkan tawanya yang membahana. “TOLOOOL!!! Bisa-bisanya lo Bang beneran dengerin hasutan sesat gue tanpa mikirin itu mateng-mateng! HAHAHA!” Ares memegangi perutnya yang mulai sakit karena terlalu banyak tertawa, lelaki itu bahkan mulai menitikkan air mata akibat tawanya yang pecah. “Ya jelaslah ditolak, pdkt enggak tiba-tiba ngelamar! Anak orang jelas takutlaaah! Ngelamarnya langsung suruh jadi Ibu pula! Kacau—HAHAHA!” “Gue nggak lan