“Lin, can we talk? Ada yang mau aku bicarakan...” Lelaki berkacamata di hadapan mereka terdengar meminta. Tetapi Alinka bahkan tidak ingin menatapnya. Menyadari situasi canggung itu Bara malah mengulurkan sebelah tangannya yang tidak digenggam Alinka ke arah Rendi. “Saya Bara.” Bara tidak tahu kenapa dirinya merasa wajib untuk memperkenalkan diri dalam kondisi canggung ini. Tetapi Bara pikir ini termasuk cara untuk bisa menyelematkan Alinka. “Ada perlu apa dengan Alin?” Menyadari nada curiga dan posesif dari gesture Bara, Rendi langsung tersentak. “Oh... maaf Mas, saya Rendi...teman Alin.” “Mantan.” Alinka menyahut cepat, kelewat cepat dengan intonasi yang dingin. “Kita nggak temenan.” Ah, Bara ingat sekarang. Laki-laki berkacamata di hadapannya ini adalah laki-laki yang s