Bab 1
*Never forget you by Zara Larsson feat. MNEK*
Seorang wanita sedang  asik membuat sketsa gaun di sebuah buku. Ia tampak sangat menghayati  pekerjaannya itu. " Apa yang sedang kau lakukan Kate?" Tanya seorang wanita yang  datang dan melihat pekerjaan Kate.
Katlea Rembulan adalah  seorang wanita yang biasa dipanggil Kate. Gadis berumur 22 tahun ini  gemar membuat design gaun yang cantik. Saat ini ia sedang bekerja di  sebuah Butik La Mode yang terkenal di Seattle dan bekerja sebagai  marketing.
Kate menutup bukunya, "  Uhm tidak penting" wanita itu merebut buku dari tangan Kate dan membukanya, " Oh Tuhan! gambar gaunmu bagus sekali, Nyonya Hailey pasti akan menyukai ini dan menjadikan deisgnmu sebagai produk terbarunya!"  wanita itu memuji karya Kate sambil melihat semua gambarnya.
" Jangan bercanda Tris, aku hanya melakukannya sebagai hobi. Lagi pula design yang dimiliki Georgia lebih baik dariku" jawab Kate  merebut kembali bukunya dari tangan Trisha. Trisha asissten manager  butik tersebut. Ia adalah atasan Kate sekaligus teman dekat Kate. Mereka  sudah dekat sejak SMA, dan Trisha jugalah yang memberikan pekerjaan  pada sahabatnya itu.
" Georgia ya.. tapi aku pikir punyamu lebih baik" Kate tertawa mendengar sahabatnya itu, " Hanya karena kau temanku, kau berbicara seperti itu?" Kate mencoba  menasihati sahabatnya itu.
Seorang wanita mengetuk  pintu ruangan tersebut, mata Kate dan Trisha sekarang tertuju pada  seorang wanita muda yang sudah berdiri di pintu " Kate ada seseorang yang mencarimu di lobby" ujar wanita itu. Kate mengerutkan alisnya dan mengangguk perlahan " Ah terimakasih, aku akan turun"  Kate penasaran siapa yang sedang menunggunya, ia memutuskan untu segera  menemui orang tersebut di Lobby.
Langkah Kate terhenti melihat seorang  pria asing bertubuh tinggi,  memiliki badan atletis yang memakai setelan  jas khas para CEO sedang berdiri menunggunya di Lobby butik. Katelagi - lagi mengerutkan alisnya dan  mendekat, ia bingung karena Kate belum pernah bertemu dengan pria ini  sebelumnya.
Semua wanita yang ada di  Lobby terpukau melihat pria itu, mereka berbisik satu sama lain  membericarakannya. " Permisi, apakah anda mencari saya?" Tanya Kate dengan nada  sopan. Pria itu menoleh dan melihat Kate dari atas hingga bawah "  Katleya?" Ia mengucapkan dengan gaya khas. " Katlea?" Kate mencoba  memperjelas. " Itu maksudku" ia masih menatap Kate dengan tatapan  heran. Seketika ia menarik tangan Kate dan membawanya ke mobil Audi  hitamnya. Kate terlihat bingung, ia terus bertanya siapa pria itu dan  mengapa ia membawanya. Pria itu tidak mengatakan sepatah katapun ia  tetap fokus menyetir.
Mereka akhirnya sampai  disebuah hotel, dan pria itu membawa Kate ke sebuah penthouse hotel yang  berada dilantai paling atas. Pria itu mengeluarkan sebuah kartu dan  meletakannya pada gagang pintu penthouse tersebut. Pintu terbuka dan aku  sudah melihat seorang wanita duduk disofa dan seorang pria duduk  dikursi roda. Mereka terlihat sudah berumur 60 tahun.
Keadaan ini semakin  membuat Kate bingung. Ia tak mengenal seorangpun di penthouse itu. Sang  wanita mendekat dan memeluk Kate. " Akhirnya... Kami menemukanmu" Kate  terlihat semakin bingung. Wanita itu melepaskan pelukannya dan menatap  Kate dengan tatapan haru. " Uhm... maaf, apakah aku mengenalmu?"  Tanya Kate.
Wanita itu tersenyum  lembut padanya, " Oh. Saya minta maaf, saya sangat senang akhirnya bisa  bertemu denganmu Kate. Saya Marissa dan itu suami saya James" Kate  tampak terkejut mendengar Marissa berbicara. Kemudian Marissa memperkenalkan pria yang dari tadi  menatap Kate dingin sebagai anaknya, Jackson.
Marissa menggiring Kate  untuk duduk di Sofa dan mereka duduk bersampingan. Kate merasa gugup  karena ia tidak tahu mengapa ia dibawa kesini. " Maafkan kami, jika kita  harus bertemu dalam keadaan seperti ini. Ada sesuatu hal yang ingin  kami katakan padamu" jelas Marissa to the pont.
Kate melihat Marissa  dengan tatapan penuh tanda tanya, Marissa beranjak dari sofa dan kembali  dengan membawa sebuah kotak kayu dengan beberapa ukiran disampingnya.  Kotak itu diberikan kepada Kate, Kate menerimanya dengan segera, Kate  membuka kotak itu.
Kate kaget melihat isi  kotak tersebut, matanya melebar saat ia melihat fotonya bersama ayahnya  saat ia berumur 5 tahun. Matanya mulai berkaca - kaca teringat akan  ayahnya, ia memandang foto itu dan kemudian ia meletakannya kembali.  Jarinya menyentuh sebuah surat yang berada di dalam kotak tersebut  dan  ia membuka lipatan surat itu perlahan - lahan.
" Katlea... anakku yang  manis. Bagaimana kabarmu nak? Maafkan ayah karena saat ini ayah tidak  bisa mendampingimu. Tetapi ayah berjanji. Ayah akan terus bersamamu dan  menjagamu.
Katlea.... anakku yang  cantik. Mungkin saat kau membaca surat ini, kau sudah beranjak dewasa.  Dan mungkin kau sudah bersama dengan keluarga  White. Mereka adalah  keluarga yang sangat baik. Ayah yakin mereka bisa menjagamu disaat ayah  sudah tidak bisa menjagamu di dunia ini.
Katlea, ayah hanya  memiliki 2 permintaan untukmu. Jagalah dirimu dan terimalah keluarga  White sebagai keluargamu. Ayah menitipkan mereka padamu karena ayah  percaya, keluarga merekalah kau akan mendapat kebahagiaan. Ayah harap  kau mau menuruti permintaan ayah nak.
- Ayah yang merindukanmu"
Pipi Katlea dibasahi  oleh derasnya air mata saat dia membaca surat itu. Setelah sekian tahun  lamanya, ia akhirnya kembali mendapatkan surat dari ayahnya, meskipun  kini ayahnya sudah tak menemaninya lagi. Melihat Kate menangis Marissa  memeluknya mencoba menenangkannya. Pelukan Marissa membuat Kate sedikit  tenang. Ia merasa mendapatkan pelukan seorang ibu yang tak pernah ia  dapatkan sejak ia lahir.
Kate melihat Marissa,  James dan Jackson yang sudah menatapnya dari tadi. " Mereka kah  keluargaku sekarang?" Batin Kate. " Kate..." suara lembut Marissa  memanggil Kate. Mata Kate yang masih banjir air mata melihat tatapan  lembut Marissa. " Maukah kamu jadi bagian dari keluarga White?"
" Sebagai istri dari  anak kami Jackson?" Tambahnya. Kate mengerutkan alisnya, ia tidak  percaya dengan apa yang dikatakan Marissa, " Kami tahu kalian belum  saling mengenal dan tidak saling mencintai tetapi sejalan dengan  pernikahan kalian nanti, aku yakin cinta itu akan muncul diantara  kalian"
" Kami mohon kepadamu  Kate. Terimalah kami sebagai mertuamu dan Jackson sebagai suamimu" James  memohon kepada Kate. Jackson terdiam tidak mengatakan apapun, ia  terlihat menerima keputusan orang tuanya.
Kate memikirkan kata -  kata Marissa dan James yang terlihat sangat ingin Kate menjadi  menantunya. Dan ia teringat akan surat dari ayahnya. Dari dulu Kate  tidak pernah menolak permintaan ayahnya,
Ia mencoba mengatur nafasnya dan mencoba mencerna apa yang sedang dihadapinya. Menikah? Secepat ini? Dengan pria yang bahkan baru ia kenal 1 jam yang lalu?
" Aku....... aku tidak tahu. Ini semua terasa sangat membingungkan untukku" ucap Kate ragu.
" Atau aku perlu melakukan ini?" ujar Jackson akhirnya, Jackson melangkah mendekati Kate dan berlutut dihadapannya.
" Aku tahu ini terlihat tidak masuk akal bagimu, tapi maukah kau menikah denganku?"
" Aku harap dengan jalannya pernikahan kita, kau.. dan aku bisa saling mengenal" ujar Jackson dengan manisnya.