09 - Takdir Akan Menuntun

2204 Kata
Claire menatap malas pada Luna yang menginap di rumahnya mala mini. Gadis itu memberi alasan kalau dia diusir dari rumah karena memecahkan vas bunga kesayangan ibunya. Jangan harap Claire akan percaya dengan apa yang dikatakan oleh Luna. Mana mungkin hanya memecahkan vas bunga Luna diusir dari rumahnya. Alasannya yang sangat tidak masuk akal sama sekali. Apalagi Luna termasuk anak yang disayang oleh orangtuanya dan apa pun yang diinginkan oleh Luna mereka akan membelikannya. “Kau tidak mau pulang saja? Aku tidak menerima tamu sama sekali di sini,” ucap Claire malas. Luna yang berbaring di ranjang Claire menggeleng. “Aku akan menginap di sini. Oh iya, kau kenapa tidak masuk kampus? Banyak sekali tugas yang diberikan oleh dosen yang tidak aku suka itu,” ucap Luna denagn ekspresi kesalnya. Claire melirik pada Luna dan membaringkan tubuhnya di samping Luna. “Aku malas masuk kampus. Aku masih marah pada ayah dan ibuku. Kau tahu? Mereka melarangku untuk bertemu dengan Jordan. Aku mencintai Jordan, tapi, mereka seperti orang yang tidak pernah muda saja. Yang tidak tahu bagaimana menahan rindu dengan orang yang kita cintai,” ujar Claire menatap langit kamarnya. Luna mencibir. “Kau mau saja pada laki-laki yang miskin seperti itu. Dia tidak memiliki apa pun yang bisa dibanggakan. Dan aku lihat dia hanya memanfaatkan dirimu saja untuk mendapatkan uang,” kata Luna yang bisa menebak isi pikiran dari pria yang seperti Jordan yang hanya menginginkan uang dan tidak pernah mencintai perempuan dengan tulus. Claire itu bodoh. Sangat bodoh. Banyak di luaran pria yang tampan dan kaya mau bersama Claire. Tapi, dia lebih memilih pria yang seperti Jordan. Hobinya mabuk dan merayu anak fakultas lain. Luna yang membayangkan itu saja mengidik ngeri dan merasa jijik pada Jordan. “Luna, kau jangan menghina Jordan! Dia bukan pria seperti itu. Dia mencintaiku dan selalu menjagaku. Selama aku menjalin hubungan dengannya, aku belum pernah disentuh olehnya. Bahkan dia selalu izin ketika ingin mencium bibirku,” ucap Claire membela kekasihnya. Luna mengibaskan tangannya dan tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Claire. Ya. Orang yang dibutakan oleh cinta tidak akan mendengarkan pemikiran orang yang waras dan bisa melihat kalau orang itu hanya memanfaatkan bukan mencintai dengan tulus. Apalagi Claire sering memberi uang pada Jordan dalam jumlah yang tidak sedikit sama sekali. membuat Luna yang melihat itu sering menasihati sahabatnya untuk tidak menghamburkan uang hanya untuk laki-laki semacam itu. “Claire, aku mau tanya. Apakah kekasih Kakakmu masih model yang cantik itu?” tanya Luna. Claire mengedik. “Aku tidak tahu. Aku tidak mau mengurus tentang dia mau pacaran dengan siapa saja. Dan aku tidak peduli sama sekali. Hanya saja, dia yang terus memedulikan diriku. Membuatku benci padanya.” Luna memukul pelan kepala Claire, membuat Claire meringis dan menatap bingung pada Luna yang memukul kepalanya. Apa masksud gadis itu dengan beraninya memukul Claire yang tidak memiliki masalah sama sekali padanya. “Kau apa-apaan ha?” Luna tersenyum sinis. “Kau harusnya sadar. Alex itu Kakak yang sempurna. Dia menjagamu dengan baik dan tidak mau kau tersakiti. Kau dengan kurang ajarnya malah membenci Alex. Kalau aku menjadi adiknya, aku akan bersikap baik dan selalu berada di dekatnya. Ah … betapa beruntungnya dirimu memiliki seorang Kakak yang tampan, kaya, dan tentunya banyak diminati oleh para wanita.” Luna memejamkan matanya dan tersenyum membayangkan wajah Alex yang tampan dan tubuh pria itu yang tegap. Ya Tuhan … Luna ingin memeluk tubuh yang sempurna itu dan menciumi d**a bidang Alex yang sangat menggoda dirinya. Membayangkannya saja sudah membuat Luna senang. Apalagi kalau itu menjadi kenyataan. Luna akan pingsan langsung. Claire yang melihat Luna langsung takut dan mendorong tubuh Luna, sehingga Luna terjatuh dari atas ranjang dan bokongnya yang sakit. “Claire! Kenapa kau mendorongku?” tanya Luna berdiri. “Pikiranmu sangat kotor sekali Lun! Kalau mau membayangkan tentang Kakakku lebih baik kau ke kamarnya sekarang dan melakukan apa yang klau pikirkan di otakmu yang kotor itu,” ucap Claire sinis. Luna tertawa pelan. “Memangnya kelihatan sekali ya? Aku mana berani ke kamar Kakakmu. Nanti sebelum aku masuk dalam kamarnya, dia sudah usir aku duluan. Kau tidak lapar Claire? Kau hanya makan dua potong roti tadi,” tanya Luna yang merasakan lapar. Padahal dia sudah makan banyak tetap saja saat jam menunjukkan pukul sebelas malam dia merasakan lapar dan ingin mencari makanan ke bawah. Tapi, dia segan. Ini bukan rumahnya. Claire melirik pada Luna. Dan menatap pada jam dinding. Claire sebenarnya lapar, tadi dia hanya pura-pura tidak berminat makan saja. karena melihat Alex yang berada di meja makan membuatnya jual mahal dan mengatakan tidak lapar sama sekali. “Aku lapar. Kita masak mie bagaimana?” tanya Claire. Luna mengangguk dan berjalan keluar dari dalam kamar Claire terlebih dahulu. Claire yang melihat itu berdecak dan mengikuti langkah Luna dari belakang. Claire menatap pada semua sudut arah dan tidak ada tanda-tanda Alex sama sekali. Hah. Dirinya aman. Luna dan Claire mulai memasak mie untuk mereka dan membawa mie yang sudah masak itu menuju meja makan dan memakannya dalam diam. Claire memakan makanannya cepat. Takut kalau Alex tiba-tiba muncul dan mengejek dirinya nanti. “Kau tadi kenapa hanya makan dua potong roti dan mengatakan kalau kau sudah kenyang?” tanya Luna. “Aku malas lama-lama di meja makan bersama dengan Alex. Dia menyebalkan. Aku sudah sering bilang bukan, kalau aku membencinya. Kalau bisa aku tidak mau memiliki seorang Kakak,” jawab Claire menjauhkan piring yang sudah kosong. “Kalau kau membenci makan bersama dengannya dan mengatakan kalau kau sudah kenyang terus. Bisa-bisa kau mati kelaparan karena tidak mau makan hanya karena semeja dengan Alex. Kalau aku lebih mementingkan isi perut, daripada memikirkan egoku sendiri.” Luna menambah mie yang ada dalam piringnya dengan mie yang masih ada sisa di panic kecil yang berada di kompor. Claire yang mendengar ucapan Luna ada benarnya juga. Kalau hanya karena kebencian pada Alex, membuatnya tidak bisa makan dan terus menahan rasa lapar. Bisa-bisa dia mati kelaparan. Cih, Claire tidak mau kelaparan. “Aku akan makan terus. Kau habis ini ingin nonton?” tanya Claire. Luna yang mendengarnya mengangguk. Kedua gadis itu berjalan menuju bioskop dalam mansion yang jarang sekali ditempati oleh seseorang. Keduanya menghentikan langkah mereka ketika mendengar suara dua orang yang sedang berbicara dan seperti membicarakan hal penting. “Kau yakin tidak akan pulang ke apartemenmu? Kau betah sekali di sini.” “Kalau aku kembali ke apartemen. Mamaku akan sedih dan terus meneleponku. Aku juga ingin tinggal di sini waktu lama. Kenapa? Kau merindukanku?” “Heh! Aku najis merindukanmu. Aku hanya tidak menyangka kau akan tahan tinggal di sini. Bukankah kau sering tersiksa tinggal di sini?” “Ya. Aku memang sering tersiksa tinggal di sini. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku hanya seorang anak yang ingin membalas budi dari orangtuanya. Kalau aku mengatakan aku tidak mau tinggal di sini dan ingin tinggal di apartemen saja, kau tahu bukan apa yang dipikirkan oleh keluarga Cullens dan Aldenron? Masih ada beberapa dari mereka yang tidak suka padaku. Walaupun aku sudah berdiri di kakiku sendiri. Dengan memiliki perusahaan sendiri, tetap saja masih ada yang iri.” “Alex. Kau tidak perlu mendengarkan mereka dan memikirkan mereka. Aku tahu, kau itu orang yang baik dan menjaga reputasi keluarga ini dengan baik.” “Aku harus bersikap baik bukan?” “Apakah Claire sudah tahu tentang dirimu?” “Belum. Dia tidak akan pernah mengetahuinya. Dan aku juga tidak mau dia tahu tentang diriku yang sebenarnya.” Claire dan Luna yang mendengar percakapan dua orang itu merasa bingung. Apalagi Claire, apa yang tidak diketahui olehnya tentang Alex? Dan apa yang disembunyikan oleh pria itu sehingga dia tidak perlu tahu. Claire yang akan pergi, namun sialnya Claire malah menyenggol vas bunga saat memasuki bioskop membuat kedua pria di dalam sana berlari keluar dan menatap Claire dengan wajah datar mereka. “Sedang apa kau di sini?” tanya Alex dingin. Claire yang ditatap dingin oleh Alex menantang pria itu. “Aku ingin menonton. Tapi, ternyata kau ada di sini bersama dengan temanmu. Jadinya, aku ingin pergi,” jawab Claire tidak santai sama sekali. Alex bersedekap d**a dan menatap pada Claire. “Apakah kau mendengar pembicaraan kami di dalam sana?” tanya Alex dingin. Claire tertawa mengejek. “Aku punya kuping. Dan sudah pasti aku mendengarnya. Apa yang kau sembunyikan dariku dan apa yang tidak boleh aku ketahui tentang dirimu?” tanya Claire. Alex berdecih. “Kau penasaran sekarang? Aku tidak akan memberitahumu. Bukankah kau tidak mau tahu tentang diriku. Dan kau tidak pernah menganggapku sebagai Kakakmu?” tanya Alex. Claire mengentakkan kakinya dan pergi dari situ. Luna yang melihatnya tersenyum canggung dan segera menyusul Claire dengan cepat. “Dia tampak marah sekali. Itu tidak apa-apa?” tanya Natha—sahabat Alex. Alex melihat pada Natha dan menggeleng. “Tidak apa. Dia biasa seperti itu. Dia tidak akan pernah bersikap baik padaku. Mungkin dia merasakan kalau aku bukan Kakak kandungnya, hanya seorang anak yang dipunggut dan beruntung mendapatkan kasih sayang dari keluarga yang kaya dan sempurna,” jawab Alex berjalan menuju ruang tengah. Alex duduk di sofa ruang tengah dengan gaya angkuhnya dan menatap ke lantai atas dan tersenyum tipis. “Kau mencintainya dan niatmu mau tinggal di sini juga ingin dekat dengannya, ‘kan?” tanya Natha duduk di single sofa. Alex menatap pada Natha sambil menghela napasnya. “Tujuanku tinggal di sini. Karena permintaan dari ibuku. Aku tidak mau memperlihatkan perasaanku pada Claire secara lantang yang membuat orangtua angaktku akan sedih nantinya. Mereka sudah menganggap seperti anak kandung, yang pastinya mereka tidak mau aku dan Claire memiliki hubungan lebih dari seorang saudara,” jawab Alex mengambil bir di atas meja dan meminumnya. “Hei! Karena dia sayang padamu dan sudah percaya padamu. Seharusnya mereka bisa melepaskan putri mereka untukmu. Selama ini kau yang selalu menjaga Claire. Kalau tidak, adik perempuanmu itu sudah menjadi korban dari p****************g,” ucap Natha yang tahu apa yang dilakukan oleh Alex selama ini. “Natha, itu saja tidak cukup. Aku tidak mau menjadi anak angkat yang tidak tahu diuntung. Biarlah aku mencintai dalam diam sekarang. Dan semua orang hanya tahu aku kekasih seorang model terkenal, dan mencintai model itu,” ucap Alex tertawa lirih. Natha yang mendengar itu menggeleng. Dia sudah lama mengenal Alex. Dari Alex memasuki sekolah dan sampai sekarang. “Aku tidak mengerti kenapa kau malah berpacaran dengannya kalau kau tidak mencintainya. Kau berhak menentukan hidupmu sendiri. kau mencintai adikmu. Ya. kau harus mendapatkannya. Lagian tidak ada hubungan darah sama sekali antara kalian berdua.” Natha tidak bisa melihat Alex yang terus saja menahan perasaannya dan membandingkan hidupnya dengan masa lalu. Alex selama ini juga sudah menjadi anak yang baik untuk Jeremy dan Amber. Tidak pernah mengecewakan kedua orang itu. Malahan anak kandung Jeremy dan Amber yang terus mengecewakan mereka. Dan susah diatur. “Kalau hanya berbicara sangat mudah sekali. coba untuk melakukannya. Itu sangat susah. Aku susah untuk meminta izin pada ayahku, kalau aku mencintai putrinya dan ingin memiliki putrinya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi ayahku. Dia pasti akan marah dan kecewa apa yang aku katakan padanya.” Alex menyesap seluruh bir dan kembali mengambil kaleng bir yang baru dan membukanya lalu meminumnya. Natha yang melihat itu berdecak. “Kalau kau membayangkan hal buruk sebelum kau melakukannya. Kapan kau akan maju? Kapan kau bisa mendapatkan apa yang kau inginkan? Kau bisa memenangkan sepuluh tender sekaligus dalam sehari. Tapi, kau tidak bisa mengatakan kalau kau mencintai adikmu sendiri pada ayahmu. Hah. Kau cukup pengecut!” kata Natha membuat Alex yang mendengar itu tidak marah sama sekali. Apa yang dikatakan oleh Natha memang benar. Kalau Alex memang pengecut dan tidak pantas untuk Claire. Claire adalah putri kandung dari orang terpandang. Sedangkan dirinya? Hanya seorang anak yang dulunya beruntung diangkat oleh keluarga Cullens dan disayang sedemikian rupa. “Kau benar. Aku pengecut. Seorang pengecut tidak pantas bersanding dengan seorang Puteri yang memiliki segalanya. Dia memiliki kehidupan yang jelas dan keturunan dan orang terpandang. Aku? Dulu waktu kecil sering memunggut makanan dari tempat sampah,” ucap Alex sendu. Natha menggeleng. “Alex! Aku tidak bermaksud mengatakan hal itu padamu. Maafkan aku. Aku akan mendukung apa pun yang kau lakukan. Jangan pernah merendahkan dirimu sendiri. Kau sudah menjadi orang sukses sekarang, dengan banyaknya bisnis dan menjadi orang terkaya di negara ini,” ucap Natha. “Kekayaanku tetap saja dari keluarga Cullens. Kalau mereka tidak membantunya. Aku tidak akan berada di posisi seperti ini sekarang.” “Terserah dari mana kekayaanmu itu. Tapi, kau yang berusaha sendiri dan tidak merepotkan orang lain. Banyak para wanita yang mengincar dirimu sekarang. Itu saja sudah membuktikan kau memang layak untuk Claire.” “Sudahlah Natha. Aku tidak mau memikirkan itu. Aku akan menjalani ini sesuai dengan apa yang aku inginkan. Kalau memang suatu hari nanti, aku bisa memiliki Claire sebagai milikku. Itu hal yang paling beruntung pernah aku dapatkan di dunia ini.” Alex kembali menatap pada lantai atas dan tidak melihat Claire yang akan turun lagi. Mungkin Claire tidak mau turun karena melihat keberadaan Alex. “Aku yakin kau akan mendapatkannya. Aku akan menjadi orang pertama yang memberi selamat padamu suatu hari nanti.” Natha tersenyum yang diikuti oleh Alex. Keduanya beralih membicarakan bisnis dan tidak membahas Claire lagi. Alex akan menjalaninya sesuai ke mana takdir akan menuntun hidupnya. Kalau memang takdir berpihak padanya, pasti takdir akan membawanya bersatu dengan Claire.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN