"Mas, kamu gak apa-apa kan?" Fatimah menatap cemas pada suaminya yang batuk karena tersedak air. Raihan menggeleng, "Tidak, hanya tersedak air. Salahku karena terlalu terburu-buru." "Kamu membuat Abah kaget, Raihan." Pak Kiyai juga sama cemasnya. Berbeda dengan yang lainnya, Ragil sendiri malah tertegun. Sebenarnya ia tidak mau salah sangka. Tapi melihat ini, apa mungkin Bang Raihan juga menyukai Luna? Semoga saja tidak. "Sepertinya sudah malam. Fatimah harus segera beristirahat. Kami pamit pulang dulu, Bah." Tiba-tiba Raihan berdiri dan mengambil tangan Fatimah untuk ikut serta dengannya. Meski merasa heran, tapi Fatimah mengikuti Raihan berdiri dan pamit. "Lho, kok buru-buru sekali? Oh ya, bagaimana menurut kalian berdua tentang Ragil dan Lulu? Kalian kan kakaknya Ragil, apa kalian