Maaf ya, Mas!

982 Kata

Sejak tadi, Luna tidak berhenti menatap pria di depannya. Tampan sekali. Bersih dan teduh. Bawaannya adem. Berbeda dengan semua pria yang pernah dipacarinya. Walaupun ganteng dan seksi, bawaannya panas membara dan ngajak perang di kamar melulu. Andai Lulu gak pandai bersilat lidah, mungkin saat ini gawangnya udah gol berkali-kali. "Sudah faham? Sekarang coba kamu baca, saya yang simak." Ucapan Raihan membuyarkan lamunan Lulu. "Eh, apa?" Raihan menggeleng. Lagi-lagi gadis ini selalu hilang konsentrasi. Padahal dia sudah menjelaskan berulang kali. Walaupun bisa diakui, tingkat kecerdasan Lulu cukup lumayan. Hanya saja, gadis itu malah sering terlihat menatapnya sambil senyam-senyum. Semoga saja pikirannya tidak aneh-aneh. "Sekarang kamu sudah masuk jilid 2. Coba baca seperti yang sudah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN