Kebelet Kawin!

1239 Kata
"Heh, napa lo dari tadi cengar cengir mulu!" Mardi menepuk pundak Lulu yang duduk di depannya. Ya, mereka sedang berada di depan kampus. Lulu dan Mardi satu fakultas. Keduanya jurusan ekonomi. Sudah tingkat akhir sih, tinggal nyusun skripsi doang. "Diam lo, Marpuah! Gue lagi seneng ini!" Lulu malah makin melebarkan senyumannya. Tatapannya fokus ke layar ponsel di tangan. Mata Mardi mengintip, macam emak-emak tukang gosip dengan rasa penasaran setinggi langit. "Anjir! Elo kesambet jin apaan, Lu?" "Maksudnya?" Lulu melirik Mardi sekilas. Pria itu sudah berpindah ke belakang Lulu. Ya, si Mardi penasaran apa yang membuat teman koplaknya nyengir terus dari tadi. "Elu ngejar cowok begitu? Yang jenggotan?" Sumpah, ini di luar ekspektasi. Biasanya si Lulu ngejar cowok bule seksi dengan badan tinggi atletis. Lah ini? "Ck, memangnya kenapa?" Lulu menjawab dengan santai. "Gila lu, sadar woy! Lo beda kelas, Lu!" Tukang dugem mana bisa ngecengin marbot mushola kan? "Halah, cowok dimana-mana sama aja, anjir! Dikasih d**a mentok juga tetep ngiler." Dengan percaya diri yang sangat tinggi, Lulu yakin Raihan pria normal. Mana tahan dengan godaan dari Lulu yang memang cantik dan seksi? "Itu beda, Lu. Jangan gila! Dari fotonya aja udah kecium bau sorga. Dimarahin malaikat lo ntar!" Mardi sampai bergidik ngeri. "Ck, emak gue kemarin bilangnya gue gak boleh deketin orang ini, lah sekarang elo juga ikut-ikutan, setan emang ya lo pada!" Lulu kesal, sumpah! Berasa diledekin sama Mama dan si Mardi. Sue! "Gue bukan apa-apa ya, Lu. Cuman aduh, gimana ya, lagian elo kan udah punya banyak pacar, anjir! Mana semuanya spek blasteran lagi. Masa elo juga mau memangsa cowok lempeng sih?" Bukannya tersinggung dengan ucapan si Mardi, Lulu malah menyeringai. "Lo lihat aja, Mar. Gue bakal pepet tuh laki sampe gue dapetin!" "Jadi ngeri gue." Plak! Lulu memukul lengan si Mardi. Enak aja dibilang ngeri, emang dirinya dedemit yang mau makan orang? "Aduh, kenapa malah mukul gue, anjir?" "Biar elo sadar. Gue gak mengerikan." "Bukan gitu, Lu. Gue gak bisa membayangkan gimana reaksi si Ustat saat elo kejar. Tahu banget gue, elo kalau ngincar cowok pasti gila." "Haha, yang ini beda, cuy! Gue pake strategi khusus lah!" "Terus mau dikemanain tuh semua cowok elo?" "Mau dikarungin dan buang ke kali." "Dih, setelah dikejar terus dapet, elo buang?" "Lagian mereka juga b******n semua, anjir! Masa baru hubungan seminggu udah minta cipok. Sebulan minta bobok bareng. Kan anjing banget tuh!" Mardi bengong, "Terus elo kasih?" "Rahasia gue lah, haha!" Sialan! Mardi terlihat mengumpat. Kadang dia suka cemas melihat temannya yang satu ini. Lulu memang sangat cantik, body-nya jangan ditanya, idaman semua pria! Gak heran kalau pria manapun yang diinginkan Lulu pasti takluk. Bahkan tak sedikit pria yang terang-terangan menyatakan tergila-gila sama si Lulu. Yang Mardi takutkan adalah para pria itu hanya ingin mencicipi keindahan tubuh Lulu. Karena selama ini, Lulu sepertinya tidak pernah serius dengan semua pria yang dekat dengannya. Kalau si Lulu rusak, kan dia juga yang rugi. "Eh, ada Lulu di sini. Lagi sibuk?" Tetiba ada suara seseorang datang. Mardi dan Lulu kompak menoleh ke sumber suara. Pak Acep ternyata. Dosen yang doyan kawin cere. Udah kayak ganti celana dalam. "Iya, Pak. Sibuk banget saya." Lulu memasang senyum manisnya. Dalam hati ia menebak, pasti manusia plontos ini minta gabung duduk. "Oalah, sibuk apa, Lu? Boleh saya ikut duduk? Sambil nunggu jam kuliah juga. Saya ada ngisi di lantai dua." Nah kan? Udah bisa ditebak sih, otaknya agak konslet emang. Gak bisa lihat perempuan bahenol, langsung tancap gas. Gak heran, istrinya gak ada yang bertahan lama. "Oh boleh banget, Pak. Di sini nyaman banget." Lulu mempersilahkan Pak Acep duduk. Pria itu langsung duduk persis di depan Lulu. "Aduh, kok tetiba saya mules, ya? Saya ke belakang dulu ya, Pak? Ayo, Mar!" Lulu pamit setelah dosen itu duduk nyaman. "Eh, kok mau pergi?" Pak Acep terlihat kecewa. Jelas dong, baru duduk malah ditinggal, haha. "Mules, Pak. Duh, takut keburu kecipirit ini," Lulu memasang wajah memelas. "Kenapa Mardi ikut?" Pak Acep menatap kedua bocah itu dengan tatapan heran. "Jagain pintu kamar mandi, Pak. Barangkali ada serangan meteor!" Mardi asal jawab sambil nyengir. "Dasar kalian, awas saja kalau ketahuan mau m***m! Saya laporin kalian ya?" "Aman, Pak. Saya gak sembarang terima cowok, biar nikahnya sekali aja, gak gonta ganti pasangan," Lulu tersenyum garing. Nyindir sih, dan bagusnya yang disindir langsung ngerasa. Pak Acep mengerjap dan melonggarkan dasinya yang padahal gak mencekik. "Ekhm, ya udah sana ke toilet!" Lulu dan Mardi pergi menjauh. "Elo beneran kecipirit?" Mardi bertanya setelah mereka berjalan jauh dari arena kampus. Kampretnya lagi tangan si Mardi udah siap-siap mencet hidung. "Kagak lah, mana ada, anjir!" "Haha, udah gue duga sih. Menghindar Tuan Botak kan?" "Tuh elo tahu. Risih gue ditanyain melulu. Eh bentar! What, demi apa?! Gue ke sana dulu, Mar!" Mardi kaget melihat Lulu tetiba lari. "Woi, mau kemana? Ikut!" Mardi malah ikut lari di belakang Lulu. Oalah, Mardi geleng kepala saat siapa yang dikejar si Lulu. Ya, ya, manusia berjenggot yang diincar gadis itu. Entah kenapa selera si Lulu tetiba berubah. Biasanya pria kekar dan berotot. Lah ini? Malah yang bau sorga. "Assalamualaikum!" sapa Lulu sambil cengengesan. Tanpa disangka, si Ustat menjawab salamnya si Lulu! Mardi sampe bengong. Mau nyamperin takut kena semprot si Lulu. Alhasil, Mardi melihat mereka dari jauh. "Wa'alaikum salam warahmatullah." Pria itu menjawab dan buru-buru pergi lagi. "Eh, Pak Ustat mau kemana?" Lulu mengejar pria yang memakai kemeja abu tua itu. Benar-benar tipikal cowok baik-baik. Rambutnya pun disisir rapi biasa. Entah kenapa malah terlihat sangat menawan di mata Lulu. "Saya mau ke ruang BK." Lulu tersenyum lebar. "Oh, arahnya bukan ke sana Pak Ustat!" "Oh ya? Kamu tahu ruangan BK dimana?" "Tentu tahu dong, saya kan mahasiswi di sini. Mari saya antar!" Walau awalnya terlihat ragu, tapi Raihan akhirnya mengangguk dan mengikuti langkah Lulu. "Oh ya, kalau boleh saya tahu, Pak Ustat kok ke ruangan BK sih? Ekhm, maaf lho, ya? Apa Anda ada masalah?" "Saya dipanggil karena memenuhi undangan BK untuk adik saya." "Ha? Siapa emang adiknya yang kuliah di sini?" "Ragil." Lulu melongo. Si Ragil?! What?! Anak ingusan yang tempo hari terang-terangan menyatakan cinta padanya? Ini gila sih! Melihat Lulu tak menjawab, Raihan mengerutkan keningnya, "Kamu gak kenal Ragil?" "Oh, hehe. Kayaknya enggak deh. Kampus ini sangat luas dan juga mahasiswanya banyak. Saya gak hafal satu-satu." "Benarkah?" "Iya benar. Kalau Ragil sih pasti udah banyak yang kenal." "Lulu! Ngapain kamu ke ruang BK lagi? Kena masalah ya? Makanya jangan negdugem terus!" Lulu melotot. Si anying sialan! Seorang mahasiswi centil yang lewat membuat Lulu naik pitam. Buka aib di depan gebetan! "Lulu? Nama kamu Lulu ya?" Lulu tersenyum garing, "Iya, Ustat. Jangan dengerin orang itu ya? Mereka bercandanya suka keterlaluan!" Lulu merapal doa, semoga saja si Ustat ganteng mendadak budek saat si centil ngomong tadi. "Nama kamu Mezzaluna bukan?" Lulu bengong walau dalam hati ia sudah bersorak. Si Ganteng gak denger kayaknya. "Kok tahu sih, Pak Ustat?" Raihan tersenyum tipis, "Ragil sering cerita." Waduh, jangan bilang si Ragil juga cerita kalau Lulu punya banyak gebetan! Ya, ya, Lulu menolak Ragil alasannya karena dirinya punya banyak pacar. Aish, cilaka dua belas ini! Ruangan BK sudah di depan mata. Raihan tersenyum dan baru kali ini menatap Lulu. Ah, rasanya tubuh Lulu seperti mentega dipanasin, lumer selumer-lumernya. "Makasih ya! Saya masuk dulu!" Lulu tersenyum sangat manis. Berharap si Ganteng terpesona. "Sama-sama, Pak Ustat! Semoga kita berjumpa lagi ya?" Senyum Lulu hilang saat Raihan malah berbalik dan langsung disambut oleh dosen yang keluar dari ruangan. Ah, emak! Rasanya hari ini Lulu mendadak kebelet kawin!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN