Aku tiba di Jakarta dengan pengawalan ketat dari Jo dan para bodyguard suruhan Tuan Max. Meski aku tahu, mereka memberi jarak agar tak terlalu menarik perhatian banyak orang. Sebuah mobil berhenti dan Jo membukakan pintu untukku. Aku masuk tanpa bicara, mengabaikan Jo yang duduk di samping supir. Mobil mulai membelah jalan raya, aku berusaha memejamkan mata untuk mengurangi rasa penat dan sesak di d**a. Tapi tiba-tiba suara dering ponsel Jo membuatku waspada, apalagi ketika pria itu menggeram kesal dengan nada khawatir terselip di dalamnya. "Dasar pria keras kepala!" umpatnya, "Berhenti di depan!" perintah Jo kemudian. "Ada apa, Jo?" tanyaku was-was. Dia menoleh ke belakang dengan wajah menegang. "Anda pulanglah ke rumah, saya harus segera pergi!" ujarnya datar. "Tuan Max dalam bahay