Aku kembali menginjakkan kaki di kamar pribadi Tuan Max. Pria itu kini terlihat lebih segar karena baru selsesai mandi. "Dari mana?" Tanya Tuan Max datar yang duduk bersandar di atas sofa. Aku mengusap leher perlahan. "Apotek, Tuan," jawabku jujur. Dia terdiam sebentar, lalu menghela napas sebelum berujar, "Kemarilah," perintahnya datar. Kulangkahkan kaki mendekatinya. "Ada apa, Tuan?" tanyaku pelan. Bukannya menjawab, dia malah mengulurkan tangan yang kusambut dengan kerutan dahi dalam. Tanpa aba-aba ia menarikku hingga tubuhku kehilangan keseimbangan dan terjatuh di atas pangkuannya. "Apa yang Tuan lakukan?" pekikku keras. "Tetap datang setiap hari meski aku tidak ada," ucapnya pelan, seraya menyusupkan wajah di helaian rambut hitamku. "Untuk apa?" tanyaku heran. Pria itu memej