Aku duduk termenung di dalam kamar sempit yang sudah kutempati sejak aku kecil ini. Pikiranku melayang memikirkan jalan apa yang akan kulalui setelah ini. Semua hancur, hanya karena rasa cinta yang menghanyutkanku hingga kini terombang ambing tak tentu arah. Sudah sebulan berlalu sejak kepergian pria itu, aku masih menjalani rutinitas seperti biasa. Aku masih ke kampus untuk mengurus masalah skripsiku yang sudah hampir rampung, aku juga masih tetap datang ke rumah Tuan Max sesuai perintahnya, meski kini hanya kekosongan yang kurasa. Hingga kini, belum ada kabar dari pria itu. Entah operasinya berhasil atau tidak, aku pun tak tahu. Kegelisahan yang selalu menyelimuti hati membuatku pusing setengah mati, belum lagi rasa mual yang mulai menyerang di pagi hari. Untung saja kini Ibu sibuk b