Jihan baru tiba di kantor dan tentunya tadi Jihan diantar oleh Dewa. Ketika Jihan lelah menolak, maka pilihan satu-satunya hanya menerima. Karena demi apa pun Dewa sangat keras kepala. Dewa memang tidak memaksa atau membentak-bentak supaya Jihan ikut, namun kata-kata lembut yang dikeluarkan Dewa jauh lebih terdengar seperti paksaan ketimbang kalimat paksaan itu sendiri. Saat melewati lobi, Jihan menghentikan langkahnya ketika mendengar seseorang memanggil. Saat Jihan berbalik, Jihan menemukan Elvina yang kini bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Jihan. Raut Elvina terlihat berseri-seri, senyumnya pun terlihat lepas sekali. "Mbak sibuk?" tanya Elvina. "Kalau nggak sibuk, boleh kita bicara sebentar? Mbak juga bisa rekomendasiin tempat yang cocok untuk mengobrol secara privat." Sebag