Keduanya langsung berdiri saat Jihan baru tiba di lobi. Tidak ada sapaan saat pandangan mereka bertemu, bahkan Argan sendiri membuang muka. Tapi Elvina-lah yang memulai pergerakan, Elvina tersenyum dengan tangan menggenggam erat tangan Argan. "Mbak Jihan, tidak keberatan kalau kami minta waktunya sebentar?" Jujur saja, Jihan paling tidak bisa beramah-tamah dengan seseorang yang pernah melukainya. Jika mendoakan terbaik, Jihan mendoakan. Tapi tidak untuk saling bersapa. "Ada apa? Kebetulan ini jam kerja saya." "Sebentar saja, Mbak, kami akan menyelesaikan dengan cepat. Iya 'kan, Mas?" Elvina menoleh pada Argan lalu tersenyum lembut. "Tidak apa-apa. Mbak Jihan pasti kasih kita waktu. Dia nggak tegaan orangnya." Helaan napas Jihan langsung keluar. Akhirnya Jihan mengangguk, lalu berucap da