Jihan merasa tubuhnya seperti ditiban sesuatu. Dengan cepat Jihan membuka mata kemudian mengerjap beberapa kali saat melihat Dewa-lah pelakunya. Jihan menghela napas sebentar, kemudian mengelus-elus rambut Dewa. Jam di nakas menunjukkan pukul setengah empat. Jihan ingin salat tahajud namun urung sejenak karena Dewa menghalangi Jihan untuk bangun. Akhirnya Jihan memutuskan untuk membangunkan Dewa saja. "Abang," panggil Jihan pelan, berikut juga dengan usapan yang semakin intens. "Abang bangun. Tidurnya pindah dulu, Jihan mau salat." Dewa bergumam pelan, setelah itu Dewa menarik napas berat kemudian mendongak. Mata Dewa menyipit dan bibirnya melengkung tersenyum. "Berat, ya?" Suara Dewa serak khas bangun tidur. "Tadi jam dua Abang antar Alara, terus balik tidur peluk Jihan. Tidak tahu tern