ONID.06 MENYUKAI WANITA SEPERTIMU
Setelah pesawat landing dan para penumpang telah turun, aku beserta cabin crew lainnya membereskan barang yang sudah dipakai oleh para penumpang. Kami saling berbagi tugas satu sama lainnya. Ada yang mengumpulkan sampah makanan, ada yang membereskan berbagai atribut yang ada di saku kursi pesawat, ada yang sedang memeriksa data, dan juga ada yang sedang menyiapkan makanan yang akan diberikan pada penumpang penerbangan selanjutnya.
Aku menghembuskan nafas lega sambil berdiri memeriksa beberapa data pada lembaran kertas yang ada di tanganku, dan kemudian berbicara pada Meyleen yang baru saja melewatiku. “And finally…. Kita sampai juga di Istanbul.”
Mayleen yang berjalan di lorong cabin pesawat dengan beberapa barang di tangannya, berhenti sejenak dan berkata, “Iya. Belasan jam di pesawat membuatku sangat lelah.”
“Iya, sepertinya setelah ini tiduran di hotel akan sangat menyenangkan.”
“Ella…apa kamu tidak ingin ikut bersama kami?”
“Kemana?”
“Jadwal penerbangan kita selanjutnya besok malam. Cabin crew lainnya sudah sepakat kalau malam ini kita akan bersantai di café yang ada di pinggir pantai.”
“Apa aku harus ikut? Aku sangat ingin tidur. Seharian bersantai di kamar hotel sambil menonton film adalah hal yang paling menyenangkan.”
Mayleen melangkah mendekatiku setelah menyelesaikan pekerjaannya. Dengan suara rendah ia berbisik padaku, “Kamu harus ikut, Ella. Nanti malam Pilot Shawn Lee juga akan ikut, jadi kamu harus menemaniku.”
“Bilang saja kamu ingin aku membantumu mendekati Shawn Lee.” Aku menjawabnya juga dengan berbisik.
Mayleen tertawa kecil dan merangkul bahuku. “Kamu sangat mengerti aku.”
Saat Mayleen masih tersenyum merangkul bahuku yang masih sibuk memeriksa lembaran kertas di tanganku, tiba-tiba Shawn Lee keluar dari pintu kokpit menghampiriku. Dengan tersenyum ia berkata, “Ella, apa setelah ini kamu ada acara?”
“Tidak.” Aku menggelengkan kepala. “Ada apa Shawn Lee?”
“Aku ingin mengajakmu makan siang hari ini. Makanan khas Istanbul banyak yang menggugah selera.”
“Maaf Shawn…sepertinya tidak siang ini. Aku benar-benar lelah.”
“Bagaimana dengan nanti malam? Apa kamu akan datang di acara yang diadakan cabin crew?”
“Hmmm….” Aku berpikir sambil memainkan pena yang ada di tanganku.
Namun Mayleen yang sedang bediri di sampingku, dengan segera menjawab pertanyaan Shawn Lee. “Tentu saja Tuan Shawn Lee. Ella pasti akan datang. Ia akan datang bersamaku nanti malam.”
“Baiklah kalau begitu.” Shawn Lee mengangguk menanggapi ucapan Mayleen dan kemudian kembali berkata padaku, “Ella, apa pekerjaanmu sudah selesai?”
“Tinggal sedikit lagi.”
“Oke, aku akan ke kokpit sebentar. Kita keluar bersama.” Shawn Lee berbicara sambil membalikkan tubuhnya kembali memasuki kokpit.
“Baiklah.”
Setelah Shawn Lee memasuki kokpit, Mayleen kembali mendekat padaku. “Ella, kamu akan kemana dengan Pilot Shawn Lee?”
“Tidak tahu. Ia hanya mengajakku keluar bersama dengannya.”
“Apa aku boleh ikut bersama kalian?”
“Tentu saja boleh, Mayleen. Kamu adalah temanku.” Aku tersenyum pada Mayleen sambil mengemasi barang pribadiku.
Namun saat yang bersamaan Shawn Lee kembali muncul menyanggah ucapanku. Aku tidak menyangka jika ia mendengarkan ucapanku dengan Mayleen. Ia keluar dari kokpit dengan koper ukuran kabin di tangannya dan berkata, “Maaf Nona Mayleen, sepertinya siang ini aku ingin berdua dengan Ella saja.”
“Ella…” Mayleen merengek padaku dengan wajah sedih.
Dengan sedikit rasa bersalah aku tersenyum pada Mayleen. “Maaf Mayleen, sorry…. Nanti malam kita akan makan malam bersama dengan yang lainnya. Oke?”
“Baiklah.” Mayleen mengerucutkan bibirnya dengan wajah sedih dan berjalan meninggalkan kami berdua.
Sambil melihat punggung Mayleen yang meninggalkan kami dengan wajah cemberut, Shawn Lee kembali berkata, “Apa kita sudah bisa pergi sekarang?”
“Oke. “ Aku tersenyum sambil melangkahkan kaki dan menarik koper yang ada di tanganku.
Aku dan Shawn Lee melangkah keluar dari pesawat mendahului cabin crew lainnya. Kami berjalan bersama dengan koper ukuran cabin di tangan kami masing-masing. Sepanjang jalan menuju gate kedatangan kami saling berbincang ringan Dan di tengah-tengah perbincangan, aku teringat pada Mayleen yang sangat menyukai Shawn Lee.
Aku menoleh pada Shawn Lee yang berjalan di sampingku dan berkata, “Shawn Lee, kenapa kamu selalu bersikap seperti tadi pada Mayleen?”
“Seperti makasudmu?”
“Yah…dia sepertinya sangat menyukaimu. Tapi kamu selalu berusaha mengelak darinya.”
Shawn Lee tersenyum dan menanggapi ucapanku, “Ella, meski aku memiliki banyak teman wanita, tapi aku tidak suka jika wanita bersikap agresif seperti itu. Setiap wanita yang mengejar-ngejarku, aku pasti akan selalu berusaha mengelak.”
“Kalau kamu selalu mengelak, kapan kamu akan memiliki pasangan?”
“Aku sedang menunggu seseorang.” Shawn Lee menjawab dengan tersenyum lebar.
“Lalu wanita seperti apa yang kamu inginkan?”
“Aku menyukai wanita sepertimu yang tenang dan tidak agresif. Karena untuk mendapatkan wanita sepertimu akan ada tantangan dan perjuangan yang berat yang harus di lalui. Dan itu pasti akan terasa seru.”
Aku menghentikan langkahku dan berbicara pada Shawn Lee, “Tuan Muda Lee…Aku bukan mainan. Jika kamu merasa seru dalam proses mendapatkannya, bagaimana selanjutnya? Apa setelah itu akan dibuang begitu saja?”
“Tentu saja aku tidak akan membuangmu. Mana ada pria yang mau membuang wanita berharga sepertimu?”
“Apa kamu sedang berusaha menggodaku Tuan Muda Lee?”
Seketika Shawn Lee tertawa terbahak-bahak setelah mendengar pertanyaanku. Tawanya yang terlalu keras membuat orang-orang yang kami lewati memperhatikan kami. Dan di sudut aula yang kami lewati, sepintas aku melihat penumpang pria yang tadi lupa memasang seatbeltnya juga ikut memperhatikanku. Tatapannya yang mempesona itu mampu membuatku sedikit mengabaikan Shawn Lee yang ada di sampingku.
“Ella, kamu lihat apa?”
Aku menggelengkan kepala dan kembali berjalan, “Tidak. Ayo kita jalan! Apa kamu lapar, Shawn Lee?”
“Ya, aku lapar.”
“Kalau begitu, kita pergi makan bersama. Aku juga lapar.”
Shawn Lee mengerutkan dahinya dan bertanya, “Bukankah tadi kamu menolakku dan ingin tidur di hotel saja?”
“Ya, tadi aku mengatakan itu. Tapi aku berubah pikiran setelah perutku lapar. Jadi kita makan di restorant yang ada di sekita hotel saja.”
“Apa kamu tidak ingin berkeliling kota Istanbul dulu? Aku bisa mengantar kemanapun kamu mau.”
Dengan segera aku menggelengkan kepala, “Tidak usah Shawn Lee. Aku lelah dan kamu juga lelah. Bekerja belasan jam di pesawat itu sangat melelahkan. Jadi lebih baik kita makan siang di restorant di sekitaran hotel saja. Nanti malam kita juga bisa jalan-jalan.”
“Baiklah, aku ikut apa katamu saja.” Shawn Lee tersenyum padaku sambil merangkul bahuku berjalan menuju perhentian shuttle bus bandara.
Ia adalah salah satu teman baikku selain Mayleen, jadi aku sudah terbiasa kemana-mana bersamanya. Bahkan setiap kami memiliki jadwal penerbangan yang sama ke luar negeri selama berhari-hari, kami akan menginap di hotel yang sama dan menjalani hari-hari bersama. Dan setiap kali kami memiliki jadwal cuti yang sama, kami akan sering bertemu dan menghabiskan masa cuti kami bersama di Hong Kong. Yah…aku lebih sering bersamanya daripada bersama Mayleen.
****
Exel Wang Pov
Setelah melakukan perjalanan jauh dan belasan jam di pesawat, akhirnya pesawat landing dengan aman di kota Istanbul, Turki. Aku merasa sangat lega akhirnya bisa meluruskan kakiku dan berjalan dengan baik setelah berjam-jam duduk di pesawat. Dan aku juga merasa sangat lega akhirnya bisa menghirup udara segar di luar pesawat yang sangat menenangkan.
Aku bersama dengan Edward Abizard turun dari pesawat melewati gate kedatangan menuju arrival hall. Kami berjalan bersama dengan posisi yang berbeda. Ia berjalan di belakangku membawa tas berisikan beberapa dokumen penting perusahaan. Sedangkan aku berjalan di depannya sambil memegang ponsel memeriksa berita dan pesan yang masuk.
Baru saja sampai di arrival hall, Edward Abizard memanggilku yang masih sibuk memainkan ponsel sambil berjalan. “Tuan…”
“Ya…” Aku menjawab sambil membalikkan tubuhku menghadapnya.
“Mohon tunggu di sini sebentar. Aku akan mengambil barang-barang kita di area pengambilan bagasi.”
“Oke. Aku akan menunggu disana.” Aku mengangguk sambil menunjuk ke kursi tunggu yang ada di sudut aula.
“Baik, Tuan.” Dengan segera Edward Abizard berjalan menuju area pengambilan bagasi. Sedangkan aku melangkah menuju kursi tunggu yang ada di sudut aula.
Aku duduk di kursi tunggu sambil memainkan ponsel yang ada di tanganku. Membaca beberapa berita bisnis dan juga melihat pasar saham yang tampil di layar ponselku. Inilah yang selalu aku lakukan disela-sela kesibukan dan juga di saat santai jika tidak ada pekerjaan yang harus aku lakukan. Menjadi anak tunggal dari keluarga Wang dengan segudang tanggung jawab, membuatku harus giat bekerja agar tetap bisa membuat Wang Corp dapat terus berkembang dengan baik.
Saat membaca berita di ponsel, sesekali aku mengangkat kepala melihat ke sekelilingku berharap Edward Abizard akan segera kembali. Aku melihat banyak orang yang sedang duduk di kursi tunggu lainnya, bercengkrama dengan orang terdekat mereka dan juga berlalu lalang melintasi arrival hall yang sangat luas ini.
Sudah lima belas menit berlalu, aku belum melihat Edward Abizard kembali menghampiriku. Aku yang sudah tidak sabar menunggu berpikir untuk meneleponnya. Namun baru saja aku hendak menekan nomor ponsel Edward Abizard yang ada di ponselku, tiba-tiba ada panggilan masuk dari sahabatku, Aslan Kiral. Dengan segera aku menerima pangilan masuk itu dan menyapanya dengan hangat.
“Hallo, Bro…sudah lama kamu tidak menghubungiku.”
Seketika terdengar suara tawa setelah salam pembuka yang aku ucapkan pada pria yang ada di seberang telepon. “Sorry Bro…akhir-akhir ini aku sangat sibuk. Jadi aku baru sempat menghubungimu. Bagaimana kabarmu?”
“Kabarku baik. Bagaimana denganmu?”
“Kabarku juga baik. By the way aku dengar minggu depan kamu akan bertunangan dengan Fayette. Apa itu benar?”