Dua Puluh Lima

1415 Kata

"Sampai mana tadi?" tanya Luna bodoh. "Sampai kau memimpin permainan." "Bukan, bukan itu maksudku." Luna semakin malu. Apa apaan itu, bahkan dia tak pernah berfikir untuk seberani itu, jika Jim menuntut, tentu dia harus belajar terlebih dahulu, tapi pada siapa? Lia? Wanita itu akan meledeknya habis habisan. Astaga! Luna kembali menyadarkan dirinya. Kenapa dia malah berencana untuk melakukannya? "Oh ya! Perusahaan saat ini berjalan sangat baik. Semua berkat dana yang telah kau kucurkan." Luna mengalihkan pembicaraan. Berbicara mengenai tempat tidur sangat tidak cocok saat ini. "Syukurlah! Aku turut bahagia mendengarnya. Jika aku sembuh, aku akan datang secara rutin ke kantor untuk membantumu, jadi kau lebih banyak di rumah dari pada di kantor." Kening Luna berkerut, tapi senyum Jim mer

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN