“Bu, saya pamit, ya?” Riani mencium tangan ibu kosnya. Perempuan lebih separuh abad yang dua bulan ini sudah sangatbaik padanya selama di perantauan. “Duh, Nak Riani, Ibu ndak nyangka baru juga dua bulan di sini sudah mau pindah.” Wanita itu pura-pura merajuk. “Nanti Riani main ke sini kalau ada waktu luang, Bu.” Riani tersenyum. Menggenggam tangan Ibu Kosnya. “Semoga pernikahannya langgeng ya, Nduk. Baik-baik sama suamimu. Kapan-kapan ajak juga suamimu ke sini.” Riani masih tersenyum, mengangguk. Mulai hari ini ia harus pindah ke rumah keluarga Ryan, karena esok adalah hari akad nikahnya. Hari yang sangat besar dalam hidupnya. Hari yang akan mengubah seluruh hidupnya. Hari yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya akan datang secepat ini. Ryan sudah menunggu di tepi jalan. Ayu yang me