Awalnya, Dariel ingin melupakan pertemuannya dan Lista sore kemarin. Toh, mereka sudah tidak ada hubungan lagi. Dulu pun hubungan mereka tidak bisa dianggap baik, jangan harap kini hubungan keduanya berjalan mulus.
Dariel bukan tipe lelaki pengemis yang akan mengejar-ngejar seorang wanita hanya untuk meminta nomor ponsel. Selama ini ia tidak pernah kesulitan mendapatkan keinginannya, selama Damar tidak ikut campur. Tapi kini ia justru merasa terganggu dengan sikap Lista tadi siang.
Sepulang dari tempat tongkrongan bersama Alex, Dariel langsung pulang dengan perasaan dongkol. Sebab tatapan Lista siang tadi masih terngiang jelas dalam benaknya.
Sial! Kenapa Lista terus membuatnya berpikir bahwa penampilannya hari ini benar-benar buruk. Padahal tadi di kelab saja banyak wanita yang terlihat jelas menggodanya.
"Mah, gimana penampilanku?" Tanya Dariel begitu ia keluar kamar dimana kedua orang tuanya dan juga Damar sudah berada di meja makan untuk sarapan bersama.
"Bagus." Jawab mamanya.
Masih tidak puas dengan jawaban sang mamah, Dariel pun bertanya pada Ayahnya.
"Pah, bagus gak?" Tanyanya.
"Bagus."
Jawaban Toni sama dengan istrinya, tapi tidak membuat Dariel merasa puas. Untuk menuntaskan rasa penasarannya, kini ia pun menoleh ke arah Damar dimana lelaki itu nampak acuh dan terlihat lebih fokus pada nasi goreng di piringnya.
"Kak." Panggil Dariel yang membuat Damar perlahan menoleh.
"Gimana penampilanku? Bagus kan?" Tanya Dariel, menanyakan hal yang sama.
"Bagus." Jawab Damar pun masih sama. Tapi jawaban terakhir dari Damar justru membuat Dariel terlihat kesal.
"Kenapa jawabannya bilang bagus semua sih!" Keluhnya.
"Memangnya kenapa? Kamu memang terlihat bagus dengan pakaian yang kamu kenakan hari ini." Jawab Toni.
Dariel tidak menjawab, ia hanya menggerutu kesal sambil menikmati sarapan paginya, yaitu nasi goreng.
"Kalau kamu merasa tidak yakin dengan penampilanmu hari ini, artinya kamu sedang ada dalam fase tidak percaya diri." Balas Damar.
"Kenapa harus tidak percaya diri? Dia ganteng," Ucap Fatma.
"Ganteng kalau gak percaya diri, percuma." Ledek Damar yang membuat Dariel semakin kesal.
Pagi ini tepat pukul enam pagi, Dariel bangun. Biasanya ia akan bangun tidak kurang dari pukul delapan, atau sembilan pagi, tapi khusus hari ini Dariel bangun lebih awal. Tujuannya bangun pagi tidak lain hanya untuk memilih beberapa pakaian terbaik yang dimilikinya untuk ia kenakan. Sebab hari ini ia akan kembali menemui Lista. Wanita yang membuat dirinya dongkol semalaman.
Dariel berencana menemui Lista setelah Alex berhasil menemukan alamat rumah wanita itu hanya dengan waktu dua jam saja. Alex memang memiliki bakat mencari alamat seseorang dengan mudah, dibantu beberapa teman Ayahnya yang merupakan intel di negeri ini. Bagi Alex mencari rumah Lista bukan perkara sulit.
Berbeda dengan Alex yang bisa dengan mudah menemukan alamat Lista, tapi Dariel justru merasa kesulitan untuk memilih pakaian yang akan dikenakannya hari ini.
Pertemuan pertama sudah mematahkan rasa percaya dirinya, dan untuk pertemuan kedua, Dariel tidak ingin kembali kecewa. Ia harus membuat Lista terkagum-kagum melihat ketampanan yang dimilikinya.
Tumpukan di atas tempat tidur membuktikan bahwa Dariel benar-benar mencoba setiap pakaiannya satu-persatu. Dan pilihannya jatuh pada kaos hitam dengan celana hitam juga. Meski penampilannya terlihat sederhana, tapi jangan lupakan harga dan merk baju yang dikenakannya saat ini. Baju dan celana yang kini dikenakan, tidak kurang dari sepuluh juta, belum dengan harga sepatu yang harganya setara dengan harga sepeda motor baru dan semakin menyempurnakan penampilannya.
"Aku pinjam mobilnya lagi, Kak." Dariel mengulurkan tangannya ke arah Damar.
"Penampilan keren, tapi mobil masih pinjam. Kasihan sekali." Ejek Damar sambil berlalu meninggalkan Dariel tanpa memberinya kunci mobil.
Hal itu membuat Dariel kesal bukan main, sebab ia semakin merasa dipermainkan oleh Kakaknya sendiri.
"Dasar duda bulukan." Umpat Dariel.
Akhirnya ia pun meminjam mobil Toni, yang menurutnya mobil tersebut sudah sangat tua dan tidak sesuai dengan penampilannya yang sudah fashionable. Tapi karena tidak ada pilihan lain, akhirnya ia pun dengan terpaksa menggunakan mobil milik ayahnya.
"Ini mobil siapa? Mobil rental?" Tanya Alex, yang masih menjadi partner Dariel dalam misi menemui Lista.
"Mobil bokap." Jawan Dariel dengan nada kesal.
"Gue gak percaya, nyokap lo masih punya mobil jenis ginian." Alex tidak percaya dengan mobil yang dikendarai Dariel, pasalnya mobil tersebut merupakan mobil keluaran lama dengan banyak lecet di bagian body luar.
Untuk pengusaha besar seperti keluarga Dariel rasanya mobil tersebut sangat sederhana dan tidak pantas dimiliki keluarga.
"Mobilnya tua banget, pasti seumuran bokap lo. Sama-sama tua dan ketinggalan jaman." Cibir Alex.
Ucapan Alex semakin membuat Darren kesal saja, namun sekali lagi ia tidak bisa berkutik karena saat ini ia benar-benar tidak bisa berbuat apapun untuk melawan penindasan Damar. Dariel menyebutnya sebagai penindasan, karena Damar mempersulit semua keinginannya.
"Lihat aja, sebentar lagi gur bakal punya mobil paling mahal dan paling mewah di negeri ini." Balas Dariel dengan percaya diri.
"Setelah memastikan cewek cupu itu baik-baik saja, gue pasti punya mobil impian gue." Lanjutnya.
"Gue masih heran dengan tujuan lo. Buat apa mastiin tu cewek baik-baik aja? Lagi pula hubungan kalian sudah menjadi mantan ipar?"
"Gue gak tau." Jawab Dariel acuh sambil mengangkat kedua bahunya.
"Itu perintah kakak gue." Lanjutnya.
"Jangan-jangan Kakak lo emang belom move on dari mantan istrinya, terus dia mau deketin mantan adik iparnya?"
"Gak mungkin lah." Sanggah Dariel, "Kakak gue terlalu tua buat si Lista." Ucapnya lagi.
"Kalau gitu, jangan-jangan kalian berdua mau di jodohin?"
"Gila lo!" Dariel memukul Alex tepat di kepalanya.
"Gue masih normal, dan gue gak mungkin mau!" Lanjutnya.
"Siapa yang bilang lo gak normal. Justru lo gak normal kalau gak tertarik sama si Lista. Dia cantik woy."
"Kalau gitu buat lo aja."
"Oke, deal. Jangan nyesel kalau nanti si Lista jadi cewek gue."
"Ngapain nyesel. Justru gue kasihan sama lo. Lo pasti jadi bahan ledekan si Anya kalau tau mantan pacarnya punya gebetan baru yang jauh di bawahnya."
"Riel, hubungan itu gak cuman nyaman karena fisik aja. Anya cantik, body goals dan dia juga hot di ranjang. Tapi jujur, dia gak bikin gue ngerasa nyaman. Lama-lama bosen dan gue butuh sesuatu yang baru yang bisa membuat gue merasa butuh dan dibutuhkan."
"Apaan sih!" Decak Dariel.
Ucapan Alex memang tidak sepenuhnya salah. Seperti yang pernah dialami Alex bersama pasangannya,Dariel pun pernah merasakan hal yang sama. Dan ia tidak pernah menemukan kenyamanan dalam menjalani hubungan bersama Racel, tiga tahun silam.
Mobil yang dikendarai Dariel pun akhirnya sampai di pelataran sebuah rumah kos-kosan dengan gaya minimalis. Bukan hanya minimalis, tapi juga sangat sederhana.
"Dia tinggal disini?" Tanya Dariel.
"Iya. Dari informasi anak buah bokap, katanya si Lista tinggal disini." Balas Alex.
"Dia betah tinggal disini?"
"Mana gue tau, dodol! Gue kan gak kenal tu cewek."
Dariel masih diam dan memperhatikan dari dalam mobil. Dari luar tempat kos-kosan itu nampak bersih dan nyaman. Namun Dariel tidak bisa membayangkan ia tinggal di tempat itu, tempat yang tidak jauh besarnya dengan kamar pembantu di rumahnya. Atau mungkin juga lebih besar kamar Mbak Irah, asisten rumahnya.