"Tunggu sebentar, aku hanya ingin mengambil ponselku." Jelasnya pada Yudha Manggala, Rasya berusaha meraih ponsel di sebelah bantalnya. Rasya mengerjapkan matanya berkali-kali karena tidak mendapati ponselnya di sana.
"Tadi aku sungguh-sungguh melihatnya ada di sini. Aku serius!" Ujarnya seraya menahan d**a Yudha karena hampir menghimpit tubuhnya.
Yudha tersenyum, dia tahu karena dialah yang memindahkan ponsel milik gadis itu saat memutar posisinya barusan.
"Apa kamu memiliki alasan lain? Selain mencari ponsel?" Tanya Yudha dengan sebuah bisikan di telinga Rasya membuat sekujur tubuhnya bergidik merasakan hembusan nafas pria itu pada lubang telinganya.
"Yudha, aku akan kembali ke kamarku sekarang. Karena ponselku tidak ada." Ucapnya sambil menutup kedua matanya. Rasya tidak ingin menatap wajah pria di depannya.
"Hanya itu saja? Bukannya kamu ingin melakukan sesuatu yang menarik malam ini sebelum pergi?" Tanya Yudha seraya menarik tali baju Rasya. Gadis itu terkejut setengah mati karena Yudha benar-benar membuatnya tervonis menginginkan malam indah penuh kehangatan di dalam kamar ceo barunya tersebut.
"Pak Ceo, anu, maksudku anda salah mengira! Aku tidak menginginkan ini!" Berusaha menjelaskan segalanya, tapi pada akhirnya memekik karena pakainya telah terlepas dari tubuhnya.
"Bajuku!" Rasya gelagapan melihat pakaian miliknya meluncur jatuh ke lantai di sisi tempat tidur Yudha. Kedua bola mata gadis itu melotot melihat Yudha juga melepas kimono tidurnya hingga dua sejoli tersebut tidak mengenakan selembar benang sama sekali.
"Aku tidak sedang mabuk kan sekarang? Jadi bagaimana mungkin hal gila ini bakalan terjadi, otakku masih waras. Tapi melihat tubuh kami begini, sangat memalukan!" Umpat Rasya Natasya dalam hatinya. Dia bahkan tidak tahu bagaimana perasaan Yudha Manggala terhadap dirinya. Apakah pria itu menaruh hati padanya, atau hanya menganggapnya sebagai sebuah mainan yang ketika bosan bakal jadi barang bekas.
"Pak Ceo! Ummhhh!" Yudha melumat bibirnya tanpa meminta ijinnya, saat gadis itu ingin mendorongnya pergi Yudha menahan kedua telapak tangannya dengan tangan kanannya. Satu tangan Yudha meremas-remas buah kenyal milik Rasya. Gadis itu menggeliat kesana-kemari menahan rasa yang baru dia rasakan untuk pertama kalinya.
Suhu tubuhnya tiba-tiba terasa meningkat. Yudha menikmatinya, setiap desahan Rasya yang hinggap menyapa lubang telinganya.
Jemari tangannya mulai meluncur turun pada area sensitif Rasya, bermain-main di sana. Rasya menggelinjang hebat merasakan sentuhannya.
"Akk.." Desahnya lirih seraya meremas lengan pria itu. Tanpa sadar tubuh Rasya ikut merespon, perlahan-lahan dia membuka pahanya sambil menggigit bibirnya sendiri. Yudha semakin leluasa untuk terus memainkan jemarinya di sana.
Penetrasi pertama kalinya membuat Rasya memekik kecil merasakan rasa pedih dan nyeri pada organ sensitifnya. "Akk..sakit!" Pekik gadis itu seraya meremas-remas bahu Yudha.
"Apa ini pertama kalinya untukmu?" Bisik Yudha saat menatap wajah Rasya mengeluarkan keringat dingin sambil mendesah lirih.
"Em." Gadis itu menganggukkan kepalanya, Yudha melakukan permainan slow motion dia tidak ingin membuat gadis itu merengek kesakitan atau menangis, karena dia paling anti dengan wanita cengeng.
Rasya tidak bisa mengimbangi permainannya, karena dia memang tidak memiliki pengalaman sama sekali di atas ranjang. Dia hanya bisa merintih merasakan permainan Yudha di atas tubuhnya.
"Bolehkah aku mempercepat sedikit?" Bisik Yudha saat Rasya terlihat semakin menikmatinya. Gadis itu menganggukkan kepalanya sambil membuka lebar-lebar kedua pahanya menahan dengan kedua tangannya sendiri. Yudha begitu puas sekali, pria itu segera melajukan kecepatan permainannya.
"Awh!" Desis Rasya Natasya, sambil memejamkan kedua matanya. Yudha beralih posisi di belakang punggungnya, mengusap lembut area sensitif gadis itu bagian depan, menghujamkan miliknya bertubi-tubi dari belakang punggungnya. "Akk.. Rasya memekik merasakan klimaksnya, disusul berikutnya Yudha.
"Ahhhh, Rasyaaa..." Yudha meraih klimaks seraya memagut bibir gadis itu. Rasya merasakan cairan hangat mengalir pada pahanya.
Rasya berpikir pria itu tidak ingin terlibat lebih jauh setelah menikmati malam panas bersama dirinya hari ini. Karena itu Yudha membuang laharnya di luar tubuhnya, begitulah pikir Rasya Natasya.
Keduanya terengah-engah mengatur nafasnya masing-masing. Rasya berniat beringsut dari atas tempat tidur Yudha, tapi pria itu menahan pinggangnya dengan lengannya.
"Mau kemana?" Tanyanya sambil menciumi lehernya.
"Ahhh..." Rasya lagi-lagi mendesah merasakan cumbuan tersebut. Bibir Yudha begitu lembut menyapa sekujur lehernya.
"Emm..Yudha.. aku harus kembali ke kamarku malam ini. Emm.." Rasya merasakan usapan lembut pada area sensitifnya untuk kedua kalinya. Gadis itu tak berhenti mendesah merasakan cairan hangat kembali membasahi area tersebut.
"Kamu menikmatinya Rasya.." Bisik Yudha sambil tersenyum nakal karena mendengar area sensitif Rasya berbunyi akibat permainan jemari tangannya.
"Awh.. aku tidak tahan em..." Rasya mendesah menatap jemari Yudha keluar masuk dari bibir yang berada di antara kedua pahanya.
"Mau lagi?" Tawar Yudha sambil tersenyum, tanpa menunggu jawaban Rasya pria itu kembali meloloskan benda tumpul miliknya ke dalam area basah milik Rasya. Kali ini dia menghentak-hentakan pinggulnya lebih cepat dari permainan awal sebelumnya. Tubuh Rasya terlompat-lompat ke belakang akibat ulahnya.
Rasya semakin menikmati permainan gila tersebut. Kekesalan hatinya pada Yudha Manggala perlahan lenyap dari dalam hatinya berganti hasrat yang menuntut untuk segera dituntaskannya!
"Yudha..!" Desahnya tanpa memelankan suaranya. Rasya benar-benar menikmati malam panjang bersama Yudha Manggala. Dia tidak peduli lagi ketika pria itu memulai lagi permainan setelah permainan kedua berakhir dengan klimaks bersamaan.
Keesokan harinya dia terjaga dalam pelukan Yudha. Pria itu tersenyum menatap Rasya sudah terjaga. Tanpa ragu-ragu Yudha meremas bongkahan kenyal milik gadis itu yang menempel pada d**a bidangnya sepanjang malam.
"Aahhh!" Rasya memekik kecil, merasakan remasan lembut tersebut silih berganti pada kedua gundukan mulus miliknya.
"Aku menganggap lunas harga kameraku Rasya, tapi kamu jadi milikku sekarang!" Bisik Yudha Manggala dengan wajah serius. Bagi Yudha itu bukan yang pertama kalinya, karena pria itu sebenarnya sudah menikah!
"Apakah aku sanggup terus melayani pria ini?" Tanyanya pada dirinya sendiri dalam hati, baru semalaman saja tubuhnya sudah terasa sangat lelah sekali.
"Aku tidak bisa berjanji, aku sangat lelah." Ucapnya lirih sambil menempelkan pipinya pada bahu Yudha. Keduanya masih berada di dalam selimut. Rasya ingin beranjak bangun tapi Yudha tidak mengijinkannya.
"Ahhh.. Yudha..." Desahnya lagi-lagi pasrah ketika pria itu mencumbui tubuhnya. Rasya tidak merasa bahagia, tapi gadis itu hanya menikmatinya.
"Apa kamu tahu statusku?" Tanya Yudha saat mereka telah memakai pakaian masing-masing.
"Anda seorang ceo?" Tanya Rasya padanya.
"Bukan, itu Rasya. Tapi aku sudah menikah." Ucapnya sambil menciumi leher Rasya untuk kesekian kalinya. Pria itu memasukkan ponsel Rasya diam-diam ke dalam saku bajunya.
Rasya tercekat mendengar pernyataan Yudha, dia benar-benar merasa sial alang kepalang. Bukan hanya harus pindah kerja ke Surabaya jauh dari kampung halamannya. Tapi juga menjadi wanita simpanan pria beristri! Melayaninya dengan suka rela di atas tempat tidurnya.
"Aku ingin membatalkannya! Lagi pula hutangku sudah lunas bukan?" Tanyanya pada Yudha.
"Tapi kamu kehilangan pekerjaan di sini." Jelasnya sambil mengaitkan lengannya pada pinggang Rasya, menarik gadis itu mendekat ke arahnya.
"Tidak apa-apa, aku bisa bekerja di tempat lain. Daripada harus menjadi wanita simpanan!" Ujarnya kesal sekali. Pikirnya setidaknya Yudha adalah seorang bujangan meskipun memiliki banyak wanita di luar sana ia tidak peduli.