"Jadi kamu pikir, aku akan melepaskanmu setelah ini begitu saja?" Tanya Yudha seraya memainkan jemarinya pada rambut panjang Rasya. Pria itu meraih helaian rambut Rasya kemudian menciumnya.
"Pak ceo, apa maksud dari ucapan anda barusan?" Tanya Rasya padanya, wanita itu sudah menahan derai air matanya. Tapi dia juga tidak bisa memungkirinya kalau dia juga menikmati setiap cumbuan pria berwajah tampan tersebut. Rasya tahu kisahnya tidak akan berakhir bahagia, dimana-mana wanita simpanan akan jadi yang kedua! Tersisih dan hidup penuh cemoohan dari orang di sekitarnya.
"Kamu milikku, Rasya.. bukankah sudah jelas?" Ujarnya lagi pada gadis itu.
"Tapi aku berhak untuk menolaknya kan?" Ujarnya lagi sambil sambil menggigit bibirnya sendiri menahan rasa pedih hatinya. Bagaimanapun dia tidak pernah bermimpi untuk mengganggu kehidupan rumah tangga orang lain.
"Ah, aku akan memanggil staf karyawanku. Dan dia bisa menjadi saksi kamu berada di dalam kamarku, kamu tidak melihat bercak darah di sana!" Yudha menunjuk ke arah seprei warna peach tempat tidurnya. Di sana ada noda-noda bekas permainan mereka berdua sepanjang malam.
"Tidak jangan! Aku mohon jangan! Setidaknya jika kamu muak pecat saja aku, jangan permalukan aku di depan umum." Rasya memegangi lengan Yudha Manggala, gadis itu meletakkan keningnya pada lengannya air matanya tertumpah di sana.
"Jadi menurutlah denganku." Ujar Yudha seraya mengangkat dagu Rasya, kemudian melumat bibirnya.
"Pria ini kejam sekali, sampai kapan aku harus bertahan sebagai simpanannya!" Jeritnya dalam hati. Yudha kembali menarik tali gaunnya, kemudian mendorong tubuhnya hingga bersandar di depan meja rias yang ada di sisi tempat tidurnya. Rasya bisa merasakan jemari Yudha kembali menggerayangi tubuhnya.
Tidak ada yang bisa dia lakukan selain pasrah! Yudha mengangkat tubuhnya, hingga duduk di atas meja jemari tangan Yudha menelusup masuk ke celah-celah pahanya. "Aa.. Yudha.. ah.." Rasya merintih menatap jemari Yudha bermain liar pada area basah tersebut.
"Angkat kedua pahamu sayang.." Bisik Yudha Manggala. Rasya melakukan apa yang Yudha perintahkan padanya, gadis itu mengangkat kedua pahanya lebar-lebar. Yudha tersenyum sambil menarik tali kimono-nya sendiri, pria itu menundukkan badannya melumat area terlarang tersebut dengan buasnya!
"Aak..Em.. Yud.." Rasya merajuk meremas-remas kepala Yudha yang masih berada di antara kedua pahanya.
Rasya merasakan lemas pada seluruh urat syaraf di tubuhnya, dia sekali lagi harus melayani pria beristri itu. "Ahh Yudha..." Rajuknya ketika merasakan tusukan bertubi-tubi pada belahan sensitifnya.
"Lihatlah kamu sangat menikmatinya sayang." Bisik Yudha sambil tersenyum memagut gundukan mulus yang sedang berguncang-guncang akibat hentakan liar pinggulnya.
"Ak..aku tidak tahan lagi...." Rasya mendesis lirih menumpahkan cairan hangat pada senjata pria yang tengah berpacu liar pada area terlarang miliknya. Yudha tersenyum puas, pria itu segera mengakhiri permainannya dengan memperlaju kocokan liarnya. "Akh." Rasya terjerit-jerit merasakan semakin brutalnya permainan panas tersebut.
Yudha begitu puas menatap wajah manis dan cantik di depannya bercucuran penuh peluh akibat ulahnya. "Kamu sepertinya lebih menyukai ritme ekspres terakhir." Guraunya sambil memeluk tubuh mulus tanpa pakaian di depannya.
Rasya merasa lemas sekali, gadis itu menyandarkan kepalanya pada d**a bidangnya sambil mengatupkan kelopak matanya.
"Aku akan meeting, kamu cepatlah mandi." Yudha melepaskan pelukannya tiba-tiba.
Rasya merasa seperti barang yang terbuang setelah dipakai. Pria itu bahkan tidak mau memberikan rasa nyaman walaupun hanya sesaat saja. Kini Rasya tahu di mana batas-batas dirinya! Hanya harus menemaninya bermain habis itu selesai!
"Aku tidak pernah bermimpi menjadi seorang wanita simpanan! Kehidupan macam apa ini?" Tanyanya pada dirinya sendiri seraya memunguti pakaiannya kembali. Rasya bergegas menuju kembali ke kamarnya. Karena beberapa jam lagi dia harus hadir pada acara meeting yang diselenggarakan oleh Yudha CEO barunya sekaligus kekasih gelapnya!
Rasya masih merasakan nyeri pada organ sensitifnya, tapi dia bisa mengabaikan semua itu. Gadis itu tampil elegan seperti karyawan pada umumnya. Dia juga pandai membawa diri, seolah-olah tidak terlibat dalam hubungan gelap dengan ceo-nya tersebut.
Meeting berlangsung selama tiga jam. Yudha sangat puas telah membawa wanita cerdas tersebut ke dalam perusahaan miliknya. Dia sudah tidak sabar untuk bekerja di dalam ruangan yang sama dengannya.
Rasya mengemasi lembaran-lembaran berkas kembali setelah acara meeting usai. Hanya dirinya dan Yudha Manggala yang masih tinggal di dalam ruangan tersebut.
Rasya bahkan bisa bersikap dingin dan acuh tanpa melihat wajah Yudha sama sekali sepanjang acara meeting berlangsung barusan.
Dua hari berlalu.. Yudha dan seluruh karyawannya masih berada di Jogjakarta karena acara liburan tersebut belum berakhir.
Awalnya Yudha pikir Rasya tidak bisa mencegah untuk menunjukkan pada orang di sekitarnya kalau dirinya terlibat dalam hubungan dengannya, seperti wanita-w************n lainnya! Yang dengan bangganya mengaku terlibat hubungan sepesial dengan dirinya.
Tapi tidak dengan Rasya, gadis itu memilih menampik hubungan antara mereka berdua ketika seseorang bertanya kenapa mereka terlihat dekat setelah awal pertemuan mereka berdua.
Rasya berada kembali di kamar Yudha. Pria itu memintanya datang dengan alasan untuk membicarakan gagasan proyek baru ke depan. Dia awalnya bilang kalau tidak bisa, tapi Yudha terus memaksa gadis itu dengan seribu satu macam alasan.
"Rasya.." Bisik Yudha di belakang punggungnya. Gadis itu masih sibuk menata beberapa berkas, untuk dimasukkan ke dalam tasnya. Rasya merasakan jemari tangan Yudha sudah menyelinap ke dalam celana dalam miliknya.
"Bisakah kamu berhenti? Sudah tiga hari berturut-turut kamu terus menggunakan tubuhku Yud.. " Ujarnya sambil menundukkan kepalanya, ingin sekali dia berteriak sambil mencakar wajah tampan pria itu. Tapi tidak bisa, Yudha mengangkat roknya, dan mulai berpacu dari belakang punggungnya. Rasya meremas tepian meja, Yudha mengangkat satu kaki wanita itu menumpukan di atas meja di depannya.
"A.. kamu brengsek.. Yud...." Rasya merintih-rintih merasakan permainan super cepat Yudha.
Dia diperintahkan Yudha untuk mengkonsumsi obat anti hamil. "Kenapa kamu dingin sekali di setiap acara-acara! Kita bertemu di sana sayang." Yudha tak bisa menahan kegusarannya lagi.
Rasya tahu ternyata Yudha merasa terabaikan olehnya, dan karena itu dia semakin menggila. "Ah.. Yudha.." Rasya merasakan tusukan bertubi-tubi tersebut semakin cepat dan cepat membuatnya meraih klimaksnya segera.
"Maafkan aku.. aku tidak bermaksud begitu Yud..." Ujarnya di sela desahannya. Yudha sudah menarik tubuh Rasya berpindah ke atas tempat tidurnya, untuk melanjutkan aktivitas tersebut kedua kalinya.
"Aku tidak suka terabaikan Sya.. kamu membuatku gelisah! Para pria, para klien kita terus melotot menatap wajahmu!" Yudha menindih tubuh gadis itu, sambil tetap berpacu.
"Emm.. Iya.. tidak akan lagi.." Rasya menikmatinya, dia mendengar nada cemburu dari ucapan Yudha barusan. Tapi tetap saja dia tidak mau berharap lebih dari sekedar partner bercinta!
Sepanjang malam pria itu terus memintanya untuk melayaninya. "Yud, pinggangku nyeri.. bisakah kamu memberiku libur sehari saja dari atas tempat tidurmu?" Tanya Rasya dengan nada lembut, dia tidak mau membuat pria itu marah. Jika tidak dia akan kembali menghabisinya di atas ranjang!
"Baiklah, tapi hanya sehari Sya.. tidak lebih.." Bisik Yudha sambil tersenyum lalu melumat bibirnya.
Rasya tidak tahu berapa hari sebenarnya Yudha mengambil liburan ke Jawa tengah. Kemarin dia sempat bertanya pada staf karyawan pria yang masih melumat bibirnya tersebut. Mereka bilang hanya satu minggu. Baginya tiga hari sudah seperti satu bulan lamanya! Sangat lama sekali, apalagi harus terus melayaninya di atas tempat tidurnya!