Tujuh hari telah berlalu, Rasya sudah menyiapkan barang-barang yang akan dibawanya menuju ke kota Surabaya. Gadis itu sebenarnya tidak ingin meninggalkan kota kelahirannya. Tapi paksaan Yudha serta ancaman pria itu membuatnya tidak bisa menolak.
"Hati-hati di jalan ya nak?" Ujar ibu Rasya pada putri sulungnya tersebut. Rasya menjadi tulang punggung keluarga kecilnya semenjak kepergian ayahnya. Gadis asal Surakarta itu memiliki dua adik laki-laki yang masih duduk di bangku SMP dan SMA. Dia harus bekerja untuk membiayai sekolah kedua adiknya tersebut.
Dia harap-harap cemas, ketika harus pergi jauh dari kampung halamannya. Dia bisa bekerja sebagai apa saja, asal tidak melanggar norma yang berlaku. Tapi keadaan membuat gadis itu terpaksa melanggar semuanya. Jika tidak, Yudha benar-benar akan membuatnya tersingkir dari semua lapangan pekerjaan yang di daftari-nya.
Yudha Manggala sudah menunggu di dalam mobilnya, dia mengantarkan gadis itu pulang sejenak untuk mengemas barang-barangnya. Sementara perjalanan mereka juga beristirahat di beberapa hotel untuk melepaskan penat. Juga hasrat ceo muda beristri tersebut.
Perjalanan ke Surabaya yang harusnya singkat, menjadi beberapa hari lebih lama.
Sampai di Surabaya Yudha mengantarkan Rasya ke sebuah apartemen miliknya. "Kamu akan tinggal di sini, selama bekerja di perusahaan ku." Ujar pria itu seraya memeluk pinggangnya dari belakang punggungnya.
"Tapi Yud, aku bisa tinggal di rumah kosan saja. Biaya sewa apartemen ini tentu tidak murah, aku mana ada uang lebih." Jelasnya pada pria di belakang punggungnya tersebut.
"Aku sudah membelinya, ketika kita masih berada di Jogja kemarin sayang." Ucap Yudha tanpa mengalihkan ciuman bibirnya dari pipi Rasya.
Rasya tidak bertanya dimana pria itu tinggal, berapa anaknya. Dan segala yang berhubungan dengan pria itu dia tidak mau tahu! Dia hanya akan bekerja sebagai asistennya seperti permintaannya.
"Kamu tidak tertarik untuk mengetahui kenapa aku memaksakan kehendak untuk menjadikan dirimu sebagai kekasih gelap ku?" Tanyanya pada gadis itu, Yudha sangat penasaran karena Rasya begitu penurut padanya. Tidak protes banyak, serta gadis itu tetap bisa melakukan pekerjaannya dengan profesional tanpa mengait-ngaitkan hubungan antara mereka berdua.
Itu salah satu yang membuat Yudha Manggala mati-matian membawanya ke Surabaya. Selain prestasinya yang memukau, dia juga sangat cantik dan menarik perhatiannya.
"Tidak ada yang ingin aku ketahui. Lebih baik aku tidak tahu bukan?" Tanya Rasya dengan nada datar, dia tidak bisa membedakan mana cinta dan mana bukan. Karena dia merasa Yudha Manggala tak lebih menganggapnya sebagai benda yang bisa dia bawa dan dia tinggalkan.
"Apakah kamu akan mempercayai jika aku memberikan alasan kenapa aku melakukan ini?" Tanya Yudha seraya memutar tubuh gadis itu agar berbalik menatap ke arahnya.
"Katakan saja apa yang ingin kamu katakan, pak Ceo." Rasya menundukkan kepalanya, dia enggan mendongak menatap wajah Yudha. Wajah tampan yang tidak bisa dia miliki tersebut membuatnya semakin sakit. Dia ingin melupakan wajah pria yang terus menidurinya sepanjang waktu.
Menjadi orang ketiga di usianya yang masih belia menjadi sebuah kutukan mengerikan dalam hidupnya!
"Kenapa kamu masih memanggilku pak Ceo? Hem?" Bisik Yudha sambil mengangkat dagunya agar mendongak menatap ke arahnya.
"Aku takut terlalu terbiasa memanggil namamu, hingga tidak sadar dimana kita sedang berada." Jelas Rasya Natasya sambil mengukir senyum manis. Ya, dia berusaha tetap tegar, juga tersenyum saat hatinya benar-benar merasa tercabik karena posisinya yang terlanjur salah kaprah dipandang dari sisi manapun!
"Istriku cacat, dia tidak bisa berjalan, tidak bisa melihat. Kedua orang tuaku memilki hutang jasa pada kedua orang tuanya. Dan karena itulah kami dinikahkan untuk membayar hutang jasa tersebut. Aku tidak mencintainya, aku juga tidak pernah tidur sekalipun dengannya. Aku ingin menceraikannya, tapi dia menolak. Dia memberikan kewenangan padaku untuk menikah lagi. Jika kamu mau aku akan menikahimu Rasya."
Penjelasan Yudha Manggala padanya membuat gadis itu semakin merasa bersalah! Tega-teganya dia bermain di atas ranjang bersama suami wanita yang sedang menunggu karena tidak bisa melayaninya. Yang tetap rela melihat kebahagiaan pasangan hidupnya memiliki wanita lain.
"Aku tidak bisa menjawab permintaanmu sekarang. Tapi aku adalah wanita yang jahat, aku merasa menjadi perebut kebahagiaan keluarga lain." Ujarnya sambil melepaskan pelukan pria tersebut.
"Rasya! Lalu bagaimana denganku? Apakah kamu bilang jika semua ini adalah salahku?" Yudha gusar sekali, dia segera pergi dari apartemen tersebut.
Rasya menjatuhkan tubuhnya di lantai. "Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Bisiknya dengan air mata berlinang.
Yudha sudah sampai di rumahnya, pria itu disambut oleh pembantu paruh baya yang bekerja di rumah besar miliknya.
"Kamu sudah pulang Yud?" Tanya Mona sambil tersenyum mendengar langkah kaki suaminya mendekat ke arahnya.
"Aku sudah menemukannya Mona." Ujar Yudha Manggala sambil mencium punggung telapak tangan kanannya.
"Siapa dia? Apa dia bersedia melakukannya?" Tanyanya pada suaminya.
"Belum! Tapi aku akan membuatnya segera menyetujuinya!" Ujar Yudha dengan penuh keyakinan.
"Aku tidak sabar ingin mendengar tangisan bayi di rumah ini." Ujar Mona lagi. Wanita tersebut tersenyum bahagia mendengar kabar suaminya sudah menemukan wanita yang akan mengandung anaknya.
Kesalahan fatal Yudha Manggala adalah berbohong pada Rasya Natasya, kalau dia tidak mencintai istrinya. Karena sangat mencintai istrinya dia memaksakan dirinya untuk tidur dengan wanita lain. Karena Mona ingin memiliki keturunan dari Yudha, tak peduli dengan cara apapun! Yudha memutuskan untuk menggunakan rahim milik Rasya ketika dia sudah berhasil menikahinya. Untuk mengandung anaknya.
Mona tidak mau mengambil anak adopsi karena dia menginginkan anak dari darah daging Yudha, sejak kecelakaan fatal yang menimpanya. Rahimnya harus diangkat beserta janin dalam kandungannya. Sejak saat itu hatinya terpukul dan selalu depresi.
Yudha penuh kesabaran merawatnya di sela kesibukannya.
Nasib malang yang sudah menunggu Rasya, apakah gadis itu bisa menghadapinya? Sedangkan dia tidak tahu kalau Yudha Manggala begitu mencintai istrinya yang penuh kemalangan hingga terpaksa membawanya masuk ke dalam keluarganya demi mendapatkan seorang keturunan.
Rasya sendiri masih tidak yakin apakah hatinya benar-benar menginginkan kehadiran Yudha dalam hidupnya. Dia hanya merasa tertekan sepanjang pria itu menggunakan tubuhnya!
Dia ingin lari tapi tidak bisa! Dia menyimpan baik-baik setiap derai air matanya menjadi sebuah senyuman manis yang terbingkai indah pada wajah cantiknya.
Keesokan harinya..
Yudha sudah berada di dalam apartemen Rasya pagi-pagi sekali. Rasya tidak terkejut ketika lengan kokoh memeluknya erat sekali. Juga ciuman bertubi-tubi singgah di pipi juga bibirnya.
"Kamu belum ingin bangun sayang?" Tanyanya pada Rasya seraya menyelinap masuk ke dalam selimut gadis itu. Sampai di dalam sana Yudha segera menarik tali gaun tidurnya.
"Sebentar lagi harus ke kantor Yud." Rasya berusaha menolak cumbuan pria itu, tapi Yudha bersikeras tetap melakukannya.
"Aku ingin sekarang Sya! Apa kamu mau melihatku di kantor dengan keadaan celanaku menggembung? Aku pasti jadi bahan tertawaan nanti." Rajuknya seraya tersenyum manis, meremas-remas kedua gundukan mulus milik gadis tersebut.
"Aahhh..." Rasya mendesah merasakan jemari liar pria itu merayap kemana-mana.
"Jangan tolak aku, ayolah.." Bisiknya pelan. Rasya segera bangkit dari posisinya, beringsut mundur hingga bersandar pada sandaran tempat tidurnya. Yudha tersenyum penuh kepuasan menatap Rasya menggigit bibir bawahnya seraya membuka pahanya lebar-lebar.
Tanpa menunggu lagi pria itu segera memulai aksinya.