"Ahhh.." Desahan Rasya Natasya memenuhi kamar apartemen tersebut. Rasya menahan kedua paha mulusnya sambil menatap area sensitifnya mendapatkan service pagi dari Yudha Manggala.
"Ahh, Rasya.. nikmat sekali sayang!" Ucap Yudha di sela-sela deru nafasnya.
Lama sekali pria itu bermain, Rasya merasa sedikit pedih pada bagian bawah tubuhnya. Dia hanya bisa menjejakkan kakinya di atas sprei tempat tidurnya, karena Yudha belum mau berhenti sudah hampir dua jam.
Benar-benar sangat energik, keringat Yudha jatuh bercucuran membasahi pelipisnya. Pria tampan idaman wanita. Sangat brutal bermain di atas tubuh polosnya.
"Ahhh... Yud.. " Rasya meremas tengkuknya dengan kedua tangannya. Tubuhnya sudah beberapa kali terlompat-lompat jauh kebelakang, hingga Yudha harus menariknya lagi agar tetap berada di bawah tubuhnya.
"Kamu selalu kasar, awhh.." Pekik Rasya sambil mengaitkan kedua kakinya di belakang punggung Yudha. Pria itu tersenyum nakal, menikmati suara rintihan dan setiap desahan wanita cantik di bawah tubuhnya.
"Aku ketagihan Sya, aargggghhhhhh!" Lenguhan panjang Yudha mengakhiri permainan panas pagi ini.
Yudha enggan turun dari atas tempat tidurnya, pria itu masih menahan Rasya dalam pelukannya, jemari tangannya dengan sengaja dia letakkan di antara paha mulus Rasya. Mengusap naik turun area yang sangat dia sukai itu sambil mendengarkan jeritan kecil dari bibir Rasya karena cubitannya!
"Akh! Yud!" Rasya mengaduh sambil memukul lengannya. Lagi-lagi Yudha tidak mengijinkannya untuk mengatupkan kedua kakinya. Pria itu ingin mendengar nada basah dari area tersebut, bersamaan dengan rintihan manjanya.
"Awhhh.." Rasya mendesah merasakan sentuhan jemari tangan Yudha pada benjolan kecil miliknya di sana.
"Banyak sekali Sya.." Ucap Yudha sambil tersenyum menunjukkan jemari tangannya yang sudah penuh dengan cairan mirip lotion berwarna jernih.
"Sudah ya? Kita harus ke kantor kan?" Rajuk Rasya seraya mengusap pipi Yudha Manggala. Pria itu dengan gencar malah menggelitik ke dalam. Mengocoknya dengan cepat!
"Emmhhh.." Sekali lagi Rasya mendesah, meremas punggung Yudha.
"Oohh! Ooh! Ooh! Uuhhh! Yud! Awh!" Rasya merasakan pinggangnya bergetar hebat akibat kocokan jemari Yudha. Ranjang tersebut ikut bergetar hebat.
"Akkhhhhh.. Yud, akkkhhh.." Rasya memekik seraya belingsatan meremas-remas bola kenyal miliknya sendiri. Menatap sayu ke arah Yudha, kedua kakinya masih terbuka lebar menerima kocokan jemari tangan Yudha pada area sensitifnya.
"Aakkhhhh.. Yudha.. aku tak tahan lagi.. awhhhh.." Seluruh sprei di bawah tubuhnya basah dengan cairan licin, dimana-mana.
Yudha sangat puas sekali, pria itu melabuhkan bibirnya pada area tersebut. Mencecap menghisap hingga habis, Rasya meremas-remas kepala Yudha. Dia mulai menyukai permainan bibir Yudha pada area tersebut.
"Akkhh, Yudha.. emmhhh.." Rasya menatap bibir Yudha masih sibuk di sana.
"Nikmat sekali Rasya, aakkkhh.." Membenamkan miliknya lagi ke dalam. Memulai permainannya yang ketiga kalinya.
"Ah! Ah! Ah!" Desahan Rasya tak bisa ditahannya. Bibirnya terus memekik kecil menikmati permainan panjang tersebut.
"Aku ingin menikahimu, Sya!" Sekali lagi Yudha mencoba merayunya, agar gadis itu mau menerima pinangannya. Karena itulah tujuan pria itu yang sebenarnya.
Dia ingin Rasya bersedia mengandung darah dagingnya. Dia melakukan hal itu demi meminjam rahimnya karena desakan istrinya.
"Aahh! Ahh! Yud!" Rasya tidak menjawab permintaan Yudha, tapi desahannya terus menyapa telinga Yudha sepanjang pagi hingga siang.
Pria itu tetap bertahan di dalam kamar tersebut, terus mencumbuinya tanpa henti-hentinya.
"Aku tidak ingin menikah denganmu, aku tidak mau merusak ikatan pernikahan kalian Yud." Jelas Rasya ketika mereka berdua sedang saling melumat bibir di bawah guyuran shower.
"Aku tidak ingin menjadikanmu simpanan, aku ingin kita menjadi suami istri yang syah Rasya." Jelas Yudha lagi.
"Tapi istrimu pasti akan sedih." Jelas Rasya lagi.
"Tidak, istriku sudah menandatangani surat persetujuan pernikahan kita."
Rasya terkejut mendengarnya, akhirnya ia menganggukkan kepalanya ketika Yudha Manggala melamarnya lagi.
Pernikahan mereka segera berlangsung tiga hari setelah lamaran Yudha hari itu. Mona istri pertama Yudha juga hadir di sana. Wanita itu tersenyum melihat istri kedua Yudha begitu cantik sekali. Wajah Rasya yang polos nan anggun dalam balutan kain kebaya, juga rias make up natural ala kadarnya.
Karena Rasya meminta Yudha menyelenggarakan acara tersebut dengan sederhana dan seadanya saja.
Mona juga yang telah menata kamar pengantin mereka berdua. Ada sedikit rasa nyeri di dalam hati Rasya Natasya ketika melihat Mona malah tersenyum sambil mengantarkan dirinya masuk ke dalam kamar pengantin menggunakan kursi roda miliknya.
"Berikan kami keturunan, aku tidak bisa memberikan anak pada suamiku. Aku mohon padamu.." Ucap Mona dengan air mata berlinang. Rasya duduk berjongkok di depan kursi roda Mona, gadis itu mengulurkan tangannya untuk mengusap air mata Mona yang mengalir membasahi kedua pipinya.
Tapi Yudha tiba-tiba datang dengan langkah kaki cepat, menepiskan tangan Rasya dengan kasar. Tatapan matanya penuh amarah menatap ke arahnya. Bukan wajah pria yang kemarin menyanjungnya, bukan wajah pria penuh hasrat untuk tidur bersamanya.
Rasya tahu satu hal, dia telah ditipu! Pria itu hanya menginginkan keturunan darinya! Melihat wajah Mona penuh kepura-puraan dia tahu segala-galanya hanya dengan menatap mereka berdua sekilas.
Rasya segera berdiri dari posisi duduknya. Gadis itu tersenyum lembut menatap wajah mereka berdua. Seolah dia telah mendapatkan kebebasannya.
Rasya melepaskan cincin berlian dari jari manisnya, lalu dia meletakkan cincin tersebut pada genggaman tangan Mona.
"Maafkan aku, aku mengecewakan kalian berdua. Sebenarnya di usia belia aku pernah mengidap kista, rahimku sudah diangkat. Jadi aku tidak bisa hamil!" Tandasnya sambil menarik tusuk konde dari sanggulnya, dibiarkan rambutnya meriap jatuh di atas punggungnya.
Rasa sakit dalam hatinya telah bertumpuk. Dia tidak peduli lagi dengan ucapan, juga kebohongan yang dibuatnya. Lelah! Tubuh Rasya sudah terlalu lelah untuk menghadapi masalah lagi.
"Aku menunggu surat cerai darimu pak Ceo!" Ucapnya sambil tersenyum manis, lalu melangkah pergi meninggalkan mereka berdua yang sedang tertegun menatap kepergian Rasya dari rumah megah tersebut.
Mona meremas kepalan jemari tangannya, wanita itu kesal sekali! Dia tidak mengira gadis polos itu akan langsung mengambil keputusan secepat itu! Tidak seperti istri-istri kedua suaminya yang dulu-dulu. Tersiksa dengan keadaan di dalam rumah tersebut sampai berbulan-bulan baru pergi.
Mona memiliki depresi tinggi saat kehilangan janinnya! Ketika ia melihat wanita sedang hamil tersiksa membuatnya bahagia! Dan Yudha tidak tahu kenapa pernikahan keduanya selalu gagal, dan anak yang dikandung istri keduanya selalu keguguran!
Drama Mona berhenti ketika harus berhadapan dengan Rasya! Gadis itu tidak sebodoh yang dia kira. Begitu mudahnya Rasya lepas begitu saja dari jeratan pernikahan dimana skenarionya dia sendiri yang menciptakan!
"Bawa wanita itu! Aku ingin membunuhnya! Bawaaaa dia Yudha! Bawaaaa dia kemari!!!!!" Teriaknya tanpa henti sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.
"Tenanglah Mona! Tenanglah!" Bentak Yudha kalap, karena melihat istrinya kambuh berteriak-teriak histeris.
"Bibi! Tenangkan Mona! Aku akan menyusul Rasya!" Ujarnya sambil berlari menyambar kunci mobilnya.
Yudha tidak tahu kemana perginya gadis itu, tengah malam itu juga Rasya segera berkemas. Dia berniat untuk kembali ke kampung halamannya. Tidak peduli lagi jika Yudha berniat mempermalukannya di depan umum dengan hubungan gelapnya, lagi pula mereka sudah menjadi suami istri yang syah sekarang.
Tidak ada alasan baginya harus takut padanya seperti sebelumnya. Rasya sudah selesai mengemas barang-barangnya, dia segera melepaskan baju kebaya miliknya.
"Braaakkkkk!" Yudha dengan kasar masuk ke dalam kamarnya. Rasya masih berdiri tanpa pakaian sama sekali.
Dia melihat wajah marah Yudha Manggala. Rasya segera mengambil pakaiannya, tapi Yudha merebutnya dan mencampakkan bajunya di atas lantai. Dengan kasat pria itu mendorong tubuhnya ke atas tempat tidurnya.
"Kamu mau apa!?" Teriak Rasya sambil tersenyum.
Yudha mendengus kesal melihat senyuman Rasya. Bukan wajah takut seperti sebelum-sebelumnya.
"Apa kamu menginginkanku? Yud?" Rasya sengaja membuka pahanya lebar-lebar, mempertontonkan miliknya pada Yudha.
Rasya ingin sekali membalas perbuatan pria itu, dia tahu diam-diam Yudha juga menyukai permainan panas tersebut. Karena Mona tidak bisa melayaninya dengan puas atau sekedar menggerakkan kakinya!
Hati Rasya sangat terpukul! Tapi tidak membuat niatnya surut! Dia ingin memutar balikkan keadaan! Dimana Yudha Manggala harus tetap bertahan di sisinya! Karena kelicikan Mona, jika bukan karena itu Rasya tidak akan melakukan perang ini.
"Kamu masih berani untuk memintaku tidur denganmu setelah kamu menyakiti istriku!" Teriak Yudha seraya menindih tubuh mulusnya. Pria itu mencubit dagunya dengan tangan kanannya.
"Oh! Dia yang menuangkan racun pada kedua mataku, lalu dia menangis tersedu-sedu. Bukankah itu lucu sekali???! Jadi aku mengusap air matanya! Hahahaha! Istrimu gila, Menurutmu kenapa istri keduamu sebelumnya tidak bisa bertahan dalam waktu kurang dari sebulan?! Juga mereka semua mengalami keguguran! Karena mereka tinggal bersama wanita iblis itu!" Tandas Rasya apa adanya.
Kemarahan Yudha Manggala. Membuatnya segera mengambil keputusan untuk membatalkan keinginannya. Dia tidak lagi ingin memiliki Yudha Manggala! Pria itu bukan pria yang bisa dia kendalikan dengan mudah hanya dengan rayuan!
Yudha terkesiap mendengar ucapan Rasya, hanya dengan sekali lihat Rasya bisa mengetahui tabiat buruk istri tercintanya itu. Yudha sering mendapatkan laporan yang sama dari pembantunya, tapi dia lebih mempercayai Mona ketimbang orang lain.
Hati Yudha Manggala telah dibutakan air mata istrinya yang terlihat lemah tak berdaya. Yudha melepaskan dagu Rasya, pria itu duduk di tepi tempat tidurnya. Sambil mengusap wajahnya sendiri.
Rasya bangkit dari posisi terlentang, dia beringsut mendekat ke arah Yudha. "Kamu tahu aku bukan w*************a! Jadi aku tidak punya bakat untuk menggodamu. Ah! Aku ingin pulang kampung saja! Kamu urus lah istri tercintamu, aku tidak berniat mengusik kehidupan kalian berdua. Kembalikan posisiku yang dulu di perusahaan Surakarta." Jelasnya panjang lebar sambil mengikat rambut panjangnya.
Rasya masih belum memakai pakaiannya, dia berniat memungut pakaiannya kembali yang telah tercecer di atas lantai.
Apakah Yudha akan membiarkan Rasya pergi begitu saja? Atau tetap menahannya di apartemen tersebut untuk memberikan kepuasan setiap hari!? Karena Mona tidak bisa melayaninya sebagaimana mestinya!