Part-8

1104 Kata
Keduanya berdiam sejenak, hanya Rasya yang masih beringsut pelan untuk memungut kembali pakaiannya. "Kamu mau kemana?" Tanya Yudha kemudian, karena melihat koper milik gadis itu sudah berada di sisi ranjangnya. "Aku ingin balik ke Surakarta Yud, kita tidak bisa melanjutkan pernikahan ini. Istrimu sudah jelas sangat membenciku, lupakan omong kosong tentang pernikahan kita. Aku tidak akan menuntut apa-apa darimu, kecuali surat cerai." Jelasnya dengan nada lembut, seperti biasanya dia berbicara dengan Yudha. Wajah Rasya masih dalam polesan make up, tubuh polosnya membuat Yudha tak henti menatapnya. Walaupun dia awalnya marah sekali karena dia pikir Rasya ingin mencelakai Mona. Ternyata tidak, dia lebih mengenal Rasya. Apalagi sejak tinggal di Surabaya gadis itu selalu berbicara apapun dengan dirinya. Bahkan untuk masalah sepele, dia tidak mau mengambil keputusan sendiri sebelum membicarakannya dengan Yudha. "Jangan pergi!" Yudha menggenggam pergelangan tangannya. Rasya menoleh ke arahnya. Dia tahu apa yang diinginkan oleh pria itu. Perlahan Yudha mendekatkan wajahnya, mulai melumat bibirnya dengan lembut. Keduanya rebah kembali di atas tempat tidur tersebut. Bergumul di bawah selimut. "Ahhhh.. Yud.." Rintihan Rasya terdengar sangat merdu di telinga Yudha. Baru pertama kalinya gadis itu memilih untuk bermain di atas tubuhnya, sedangkan Yudha berbaring terlentang. Pinggulnya naik turun merasakan tusukan bertubi-tubi pada area sensitifnya. "Akkhhhh.. Rasya...akkhhhh... Terus sayang.. akkhhhh" Celoteh Yudha Manggala sambil menaikkan turunkan pinggulnya ke atas menjemput area basah milik Rasya. Cukup lama Rasya bermain bersamanya, hingga usai gadis itu menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh suaminya. Pernikahan mereka berdua tidak berujung perpisahan seperti yang tergambar jelas dalam benak Rasya. "Yud, kamu tidak pulang? Istrimu pasti sudah menunggu lama di rumah.." Tanya gadis itu sambil menyentuh pipi Yudha Manggala. Keduanya masih berada di bawah selimut. Yudha memeluk pinggangnya sambil melumat bibirnya tanpa henti. Pikir Rasya pria itu akan langsung menceraikan dirinya, ternyata setelah bertengkar hebat dengannya dia tetap saja mendesah dalam pelukannya. "Aku masih ingin di sini Sya, lagi ya?" Pintanya sambil melumat bibirnya, dan mulai mengambil posisi bersiap untuk bermain. "Ahhhh.. emmhhh.. awhhh.." Keduanya saling merintih dan mendesah, sepanjang malam. Pernikahan tersebut benar-benar seperti pernikahan sungguhan dimana sang pengantin berbulan madu. Menikmati waktu panjang malam pertama. Yudha tidak tahu kalau Rasya Natasya diam-diam masih mengkonsumsi obat anti hamil. Dia tidak ingin hamil, apalagi mengingat sifat Yudha yang tiba-tiba bisa berubah semaunya sendiri. Rasya tidur dalam pelukan hangat suaminya sepanjang malam. Dia juga tidak menyuruh Yudha pulang kembali ke rumahnya. Gadis itu mulai terbiasa dengan kehangatan sepanjang waktu yang diberikan oleh pria beristri tersebut. Yudha sendiri menyukai Rasya yang masih bugar, dan selalu hangat, gadis itu selalu mesra melayaninya di atas ranjangnya. Dia pria normal, sangat energik, selalu menginginkan pelayanan di atas tempat tidur. Karena sudah bertahun-tahun istrinya Mona tidak bisa memberikan kehangatan di atas tempat tidurnya. "Emhhh.. Yudha, apakah kita akan ke kantor hari ini sayang?" Tanyanya dengan manja, sambil menahan kedua paha mulus miliknya. Gadis itu duduk di atas meja riasnya menerima dorongan bertubi-tubi milik Yudha Manggala. Tubuhnya terantuk-antuk pada cermin di belakang punggungnya. Sambil menggigit bibirnya dia menikmati setiap permainannya. "Cuti sayang.." Bisik Yudha tanpa mau berhenti. "Ahhh.. yud, aku mau keluar. Awhhh.." Merajuk manja menggigit mesra bibir Yudha. Dengan senang hati pria itu melajukan pacuannya, membuat cairan tertumpah pada meja rias tersebut. "Ah! Ah! Ah! Sya...... Licin sekali sayang, awhhh.." Yudha meracau merasakan nikmatnya bercinta bersama gadis tersebut. "Emmhh.. akkhhh.." Rasya meremas tengkuknya, merasakan kenikmatan permainan Yudha Manggala. Keduanya mandi bersama, dan kembali memulai permainan tersebut di bawah guyuran shower. Sepanjang hari mereka habiskan hanya untuk bergumul, dan terus bercinta. Keesokan harinya.. Rasya sudah kembali ke perusahaan seperti biasa. Gadis itu ditugaskan oleh Yudha untuk menggantikan dirinya selama pria itu sedang bertugas di luar kota. Atau ada meeting penting di lokasi yang agak jauh dari kantornya. Rasya tetap patuh seperti biasanya, dia bekerja dengan baik, dan sangat cekatan. Banyak karyawan yang mulai kagum dengan pekerjaannya. Proyek Yudha selalu meraih hasil maksimal karena ditangani oleh istri keduanya tersebut. Nama Rasya Natasya menjadi begitu populer di kalangan para pembisnis. Hasil karya desainnya juga telah meluas hingga keluar negeri. Yudha sendiri juga mengakui kehebatan Rasya Natasya. Dia semakin sayang pada istri keduanya tersebut. Yudha sempat ingin menceraikan Mona, istri pertamanya. Tapi Rasya melarangnya, dia bilang tidak mau dituduh sebagai perebut suami orang! Dia bisa bertahan menjadi istri kedua Yudha Manggala tanpa banyak menuntut dan protes. Hari-hari gadis itu dilaluinya banyak dengan berada di kantor. Yudha juga tak jarang selalu duduk bersamanya di dalam ruangan kerjanya. Sama-sama menyelesaikan pekerjaan mereka berdua masing-masing. Malam itu Yudha melihat banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan istrinya. Dia memutuskan untuk memesan makanan siap antar. Tak lama kemudian makanan yang dia pesan datang, pria itu beranjak dari kursinya mengambil pesanannya di pintu masuk kantornya. "Sya? Makanlah dulu." Perintah Yudha Manggala padanya. "Nanggung mas, masih banyak yang belum selesai." Sahutnya pada suaminya. "Emmm.. masih banyak? Kurang berapa sih?" Tanya Yudha seraya menundukkan badannya di belakang punggungnya. Rasya tahu jika dia tidak menurutinya, bisa-bisa meja lebar di depannya tidak lama lagi akan jadi alas mereka berdua untuk bercinta! Benar saja ciuman Yudha sudah hinggap pada belakang lehernya. "Ah, mas.. iya aku akan makan sekarang. Tapi lepasin aku.. ahhh.." Rengek Rasya, merasakan remasan lembut pada kedua gundukan mulus di dalam bajunya. Rasya sudah merasakan area sensitifnya mulai basah karena remasan lembut tersebut. Yudha juga sudah mengetahui sejak lama, kalau istri keduanya itu tidak pernah bisa tahan dengan sentuhan liarnya. "Iya kamu makan saja, tapi aku malas berhenti." Ujarnya sambil menarik turun pakaian satin mini dari dalam rok Rasya. "Aku mana bisa makan kalau kamu gelitikin terus mas.." Rajuk gadis itu lagi, dia merasakan jemari Yudha terus keluar masuk area basah miliknya. "Seharusnya aku langsung makan saja tadi, akkhhh... Emmhhh.." Rasya sudah berada di atas pangkuan Yudha. Naik turun tanpa berhenti. Yudha tersenyum sambil meremas-remas bongkahan kenyal pinggulnya. Seraya melumat dua gunung mulus pada d**a Rasya. Tak peduli dimana mereka berada, keduanya selalu memadu cinta. Kadang Yudha acap kali memintanya juga saat dinas keluar kota tepat ketika mobil yang dikendarainya terjebak macet. Pria itu lebih sering membawa Rasya kemana-mana. Ketimbang mengajak karyawan lainnya. Karena dia tidak tahan ketika harus berlama-lama berjauhan dengan istrinya itu. Yudha tidak tahu sejak kapan, dia mulai menginginkan Rasya. Dan bergantung pada istri keduanya tersebut. Pria itu hampir tak pernah pulang ke rumahnya sendiri. Dia juga sering berlama-lama dinas di luar kota, saat sedang bersama Rasya. Meskipun pekerjaannya sudah selesai, dia malah mengajak Rasya Natasya berlibur satu sampai dua hari setelah urusan pekerjaan selesai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN