Sejak membawa Nida masuk ke dalam kamar, Jey merasa ada yang berbeda dari sikap istrinya. Pria itu duduk di tepi tempat tidur, sementara Nida merebahkan kepalanya di atas pangkuan Jey Steyfan. Jey mengusap puncak kepala istrinya, sesekali dikecupnya kening Nida. “Kamu memikirkan sesuatu? Apa itu? Wajahmu terlihat sangat tertekan.” Tanyanya pada Nida. Melihat senyum Nida yang dipaksakan jelas sekali kalau wanita itu tidak akan bersedia menceritakan tentang semua yang dialaminya. “Apa karena Bibi Safitri?” Lanjut Jey dengan tidak sabar. “Nggak ada kok, Mas. Sudah Mas jangan mikir yang nggak-nggak. Bibi Safitri nggak ngomong apa-apa sama Nida, Bibi Safitri hanya berpesan pada Nida agar Nida menjaga kandungan dengan baik.” Ujarnya sambil meremas kuat sisi samping gaun longgar yang membalut t